Melakukan
asas Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan suatu kewajiban setiap mahasiswa. Ketika
menjadi seorang mahasiswa di kampus melakukan proses pendidikan, penelitian sudah
menjadi makanan pokok setiap harinya, dengan itu pun tidak cukup untuk menjadikan
kita sebagai mahasiswa yang ideal, apabila kita dapat dikatakan mahasiswa yang ideal
harus mampu berani mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Dalam kehidupan
sosial harus ada yang namanya proses give
and take. Karena itu, mahasiswa yang sedang menjalankan atau telah selesai masa
studinya di perguruan tinggi dituntut untuk mentransfer ilmu-ilmunya dan
mengimplementasikan kepada masyarakat. Ada sebuah nasihat, sebanyak apa pun
ilmu yang kita dapatkan, akan menjadi sia-sia apabila ilmu tersebut tidak
diamalkan kepada orang lain. Hal inilah yang melatarbelakangi kami (HMJ PNF
Unesa) membuat suatu program kerja yang berbasis masyarakat dan insyallah dari
kegiatan tersebut banyak manfaat yang didapat. Yuk, simak cerita kami..
Gerakan
Pengabdian Masyarakat atau biasa disebut GPM merupakan salah satu program kerja
unggulan HMJ PNF Unesa periode 2015. GPM ini bukan proker pertama kali yang
dilaksanakan oleh HMJ melainkan sudah dilaksanakan dua kali sejak tahun 2014,
pengabdian pada tahun ini berlangsung selama 5 hari yakni tanggal 16-20 Juni
2015 di Dusun Bangoan Desa Kedung Peluk, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo.
Ketua pelaksana kegiatan kali ini adalah Muhammad Ismail Sholeh mahasiswa PNF
angkatan 2014 yang merupakan salah satu anggota Divisi Pengabdian Masyarakat.
Persiapan
kami hanya 2 bulan, kami harus menggodok sebuah konsep yang nantinya kami
lakukan di kegiatan tersebut. Mulai membentuk kepanitiaan, melakukan rapat
rutin, membuat program-program kegiatan, mempersiapkan sesuatu yang nantinya
diperlukan saat kegiatan tersebut berlangsung, hingga melakukan lobbying dengan sejumlah pihak, seperti
Kepala Dusun Bangoan, Kepala Desa Kedung Peluk, Kepala Sekolah SDN Kedung Peluk
2, Dinas Pendidikan Sidoarjo, Dosen PNF Unesa, dan sejumlah tokoh masyarakat
setempat.
Disuatu
daerah pasti mempunyai banyak potensi sumber daya, baik itu potensi alam maupun
manusia. Ditempat kami mengabdi ini dapat tergambar jelas, bahwa di Dusun
Bangoan mempunyai kekayaan sumber daya alam yang sangat luar biasa yang
seharusnya dapat dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat dengan baik untuk
menunjang perekonomian masyarakat tersebut. Dengan hamparan ribuan hektar
tambak yang begitu luasnya, namun sayangnya masyarakat masih merasa kebingungan
untuk mengolah hasil tangkapan saat pasca panen. Masyarakat lebih memilih hasil
panen tersebut langsung dijual ke pengepul ikan. Hal ini yang menyebabkan rawan
sekali terjadinya kecurangan. Pasalnya, pengepul ikan dengan leluasa dapat memainkan
harga ikan untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar, dan ironinya pengepul
membeli ikan kepada petani ikan dengan harga murah, lalu dijual kepada tingkat agen
atau pengecer dengan harga yang begitu mahalnya. inilah yang menyebabkan petani
mengalami kerugian. Petani pun tidak mampu berbuat banyak, dengan terpaksa
mereka harus menjual ikan-ikan tersebut kepada pengepul, apabila mereka tidak
menjualnya, mereka dapat kehilangan pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, karena saat ini pengepul ikan sudah menjadi raja pasar bukan
lagi petani. Apakah saat ini petani hidup dalam kesejahteraan? Rasanya mendapatkan
keuntungan sedikit saja sudah bersyukur apalagi mendapatkan kesejahteraan dan
keadilan.
Hasil
pendapatan pasca panen tidak sebanding lurus dengan pengeluaran sebelum panen
tiba. Petani harus mengeluarkan uang pribadi lagi untuk membeli bibit, pakan,
belum lagi membayar buruh petani, sewa deasel,
ataupun membayar sewa tambak. Dan tak jarang pula para petani harus memanen
ikan sejak dini karena petani tidak mampu membeli obat khusus ikan yang
mencegah bakteri, sehingga petani harus melakukan panen sejak dini daripada terancam
gagal panen. Fakta-fakta inilah yang kami dapatkan setelah mengobservasi tempat
itu pada bulan Mei lalu.
Kami
harus memutar otak dari permasalahan ini, yang menyebabkan petani itu lebih
memilih menjual langsung ke pengepul tidak diolah menjadi suatu produk,
disebabkan karena:
1. Minimnya minat masyarakat untuk membuat
seperti itu
2. Minimnya pengetahuan serta skill untuk
mengolah
3. Tidak ada modal
4. Tidak ada usaha-usaha kecil masyarakat
5. Tidak ada intervensi pemerintah setempat
karena keadaan desa tidak ada lampu, infrastrukturnya begitu sempit, dan
sanitasi air untuk MCK sangat memprihatinkan
Apabila
kita tinjau dari nomor 2 dan 3, masyarakat tidak mampu mengolah hasil pasca panen
karena mereka tidak mempunyai skill yang menyebabkan minat masyarakat untuk
membuat produk olahan sangatlah sulit sekali. Maklumlah, pendidikan mereka
sangat rendah, mereka hanya lulusan SD bahkan beberapa orang yang lanjut usia
pun ada yang tidak mengenyam sekolah sama sekali, karena mereka menganggap
pendidikan itu tidak penting, dan menyebabkan mereka tidak bisa membaca dan
menulis. Kami pikir solusi yang tepat untuk menangani permasalahan tersebut
dengan memberikan program-program yang mengandung unsur pendidikan, dan kita
tetap berupaya keras untuk memahamkan mereka betapa pentingnya pendidikan itu
sendiri. Dengan gagasan atau ide ini, diharapkan mampu akan merubah hidup
masyarakat disana dengan melalui pendidikan.
Program
kegiatan kami terfokus pada sektor pendidikan, dan sasarannya pun terbagi
menjadi dua bagian yaitu anak-anak, dan masyarakat umum atau orang tua.
Program-program yang dikhusukan pada anak-anak antara lain bimbingan belajar
dan motivasi, TPA, serta lomba tradisional dan edukatif. Sedangkan
program-program yang dikhususkan bagi masyarakat umum atau orang tua antara
lain pemberian keterampilan dan penyuluhan dari Dinas Pendidikan Sidoarjo
tentang Pentingnya Pendidikan dan Akses Pendidikan Bagi Masyarakat.
Pada
tanggal 16 juni 2015 pagi hari kami sudah berada di lokasi, kami berangkat
dengan menggunakan sepeda motor karena menurut kami motor merupakan kendaraan
yang paling tepat agar terbebas dari kemacetan kota, dan kendaraan inilah juga
cocok untuk menyelusuri jalan di wilayah bangoan tersebut, memang kita ketahui
bersama jalan untuk menuju bangoan sangatlah ekstrem. Kami mengabdi hanya membawa
keperluan pribadi, peralatan, dan perlengkapan yang dibutuhkan saat pengabdian.
Alhamdulillah, kami diberikan tempat menginap di SDN Kedung Peluk 2 untuk
beberapa hari kedepan selama kami masih melakukan pengabdian di daerah
tersebut.
Setelah
tiba di lokasi, kami tidak langsung menjalankan program atau kegiatan,
melainkan kami harus membersihkan dan menata tempat tersebut supaya nyaman
layaknya rumah kami sendiri. Mulai membersihkan halaman, membersihkan kelas yang
nantinya kita jadikan tempat tidur, membersihkan ruang serba guna untuk dijadikan
tempat masak, membersihkan kamar mandi, dan lain-lain. Setelah semua dirasa
bersih dan nyaman, maka perlu kiranya badan kami ini untuk dibersihkan juga (alias
mandi).
Mandi
sudah, makan pun juga sudah. Jam menunjukkan pukul 19.30 artinya kami harus
mempersiapkan kegiatan kami yang pertama yakni malam inagurasi. Dimana konsep kegiatan
ini untuk mengakrabkan keluarga HMJ PNF Unesa 2015, inti dari kegiatan ini
adalah setiap divisi akan menampilkan sesuatu yang bisa menghibur audience.
Penampilan dari setiap divisi pun beragam, ada yang menyanyi, drama, sulap,
puisi, dan ada juga divisi yang menampilkan lipsync
dari lagu yang mereka kuasai. Dari penampilan-penampilan inilah yang
membuat kami tertawa bersama.
Keesokan
harinya pada tanggal 17 juni 2015, kegiatan kami memang terfokus pada anak-anak
di dusun Bangoan. Anak-anak disana mempunyai segudang potensi yang harus
dikembangkan secara maksimal, karena kami mengetahui bahwa mereka adalah
generasi bangsa dan masa muda mereka masih panjang yang seharusnya masa-masa
tersebut harus dipenuhui dengan keceriaan dan kebahagiaan, dan di masa inilah
mereka harus dituntut untuk belajar agar mereka kelak menjadi orang yang lebih
baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, kami hadir ditengah-tengah mereka untuk
saling berbagi, berbagi ilmu, pengalaman, dan berbagi cerita. Kami merasa
beruntung bisa bertemu dengan mereka, yang kami rasa mereka adalah anak-anak
yang luar biasa. Semangat mereka tak pernah padam, optimisme untuk menggapai
cita-cita sangatlah tinggi, dan mereka semua memiliki kepribadian baik, sopan
terhadap kami walaupun mereka pertama kalinya bertemu. Hal-hal inilah yang
membuat kami iri terhadap mereka.
Kegiatan
pertama kali yang kami lakukan dihari itu adalah traditional games, dimana ada tiga games yang dimainkan oleh
mereka, permainan pertama adalah Bola Sarung Bergoyang (BSB) permainan ini
mengadopsi permainan bola voli, namun yang membedakan BSB dengan permainan bola
voli pada umumnya adalah mekanisme untuk memainkannya. Setiap tim terdiri dari
empat orang (tidak boleh kurang ataupun lebih, kalau lebih akan menjadi pemain
cadangan), untuk menservis, atau melemparkan bola ke daerah lawan dengan
menggunakan sarung, jadi setiap orang memegang ujung-ujung sarung tersebut,
bola dari permainan ini bukan bola biasanya, melainkan balon yang diisi air,
untuk memainkannya sarung yang diatasnya bola tersebut diayunkan kedepan dan
seterusnya. Permainan ini memang butuh konsentrasi yang ekstra, dan kekompakan
tim, apabila mereka tidak kompak maka penulis menjamin tidak ada bola satu pun
yang berhasil masuk ke dalam daerah lawan. Permainan kedua adalah Bola Buta
yang mengadopsi permainan sepak bola, dan dilanjutkan permainan Injak Balon.
Mereka sangat antusias mengikuti lomba sampai akhir demi merebutkan gelar
juara.
Setelah
kegiatan pertama usai, sekitar jam 13.00 kami mempersiapkan kegiatan yang kedua
yakni lomba edukatif yang terdiri dari lomba adzan, lomba bercerita atau
dongeng, dan yang terakhir lomba hafalan surah-surah Al-Qur’an juz 30 dan lomba
ini diikuti kurang lebih 15 anak. Sebelum mereka mengikuti lomba edukatif
mereka dibimbing terlebih dahulu oleh tutornya, misalnya anak yang belum bisa
Adzan, membaca, ataupun menghafal surah kita beri bimbingan, sehingga pada saat
mereka mengikuti lomba mereka benar-benar siap untuk melakukannya. Perhatian
kami tertuju kepada salah satu peserta lomba yang secara kasat mata, memang umur
anak itu terbilang jauh dari teman-temannya, umurnya masih 3 tahun. Ditanya
soal umur dan namanya anak itu masih bingung untuk menjawabnya, maklumlah kan
dia masih kecil. Dengan bantuan dan dukungan dari kakak dan panitia yang
bertugas akhirnya dia mengikuti lomba bercerita dengan baik. Peserta lain pun
begitu, pada gilirannya maju ke depan dengan percaya dirinya mereka melakukan,
tapi saat mereka di depan dan ditonton banyak orang, mereka pun grogi untung
saja mereka tidak sampai mengompol, Hehehe. Satu per satu mereka telah
melakukan lomba tersebut, artinya lomba kali ini telah selesai.
Pada
malam harinya kami mempersiapkan diri untuk menghadiri undangan masyarakat
dalam menyambut bulan puasa di mushola di daerah tersebut. Acaranya biasa
disebut megengan, megengan ini
merupakan salah satu tradisi masyarakat jawa konon katanya tradisi ini dibawakan
oleh Sunan Kalijaga, megengan berasal dari bahasa sansekerta yaitu ‘megeng’ yang
berarti menahan (ngempet ngombe, ngempet mangan, ngempet sak liyan-liyane), menandakan
sebentar lagi bulan puasa akan tiba. Megengan juga diartikan sebagai rasa
syukur atas nikmat Allah SWT yang sampai saat ini kita masih berjumpa dengan
bulan yang suci, bulan penuh ampunan, bulan yang terdapat 1000 kebaikan, yaitu
bulan Ramadhan. Kami dan masyarakat berkumpul bersama-sama, tak jarang kami
berkenalan dengan mereka dan mencoba mengakrabkan diri, akhirnya mereka pun
merasa enjoy dengan kedatangan kami
disini. Setelah megengan selesai, terlihat ditengah-tengah mushola masih
tersisa banyak makanan, sehingga Pak RT menyuruh kami membawa semua makanan
itu. Waah, nanti malam sepertinya kami tidak akan kelaparan lagi deh. Setelah
makan, dan perut terasa kenyang. Selang beberapa menit kemudian, kami
kedatangan tamu spesial dari mahasiswa-mahasiswi angkatan 2012 dan alumni PNF
Unesa angkatan 2011, diantaranya Mas Bagoes, Mas Firdaus, Mas Sani, Mbak Pipit,
Mbak Puput, Mbak Ilfi, Mbak Yeni, dan Mas ikhsan. mereka ingin melihat kegiatan
kami dan memonitoring atas kegiatan kami ini, penulis pun terlibat pembicaraan
yang serius dengan mereka yakni membahas masalah skripsi, yah setidaknya
penulis setidaknya ada gambaran kedepan untuk membuat skripsi yang baik dan
benar, itu berkat ikut nimbrung pembicaraan mereka. Jam telah menunjukkan
21.00, kegiatan kami selanjutnya adalah melakukan evaluasi kegiatan hari ini
dan briefing untuk kegiatan pada esok hari, dan tak terasa waktu menunjukkan
dini hari, dan kami pun akan mengejar mimpi-mimpi kami di pulau kapuk.
Pada
tanggal 18 juni 2015, pukul 02.30 pagi hari sebagian panitia laki-laki bergegas
berkeliling dusun untuk membangunkan masyarakat sekitar untuk sahur. Memang
pada hari itu adalah hari pertama kita memasuki bulan Ramadhan 1346 H. Dengan
membawa senter untuk penerangan kami menyusuri Dusun tersebut, dari ujung ke
ujung sampai rumah warga terbelakang pun kami datangi, sangking asyiknya sampai-sampai kami hampir lupa sahur. Setelah
berkeliling Dusun, kami memutuskan untuk kembali. Menu sahur kami sangat
sederhana, walau sederhana tetap terasa nikmat apabila makannya dilakukan
secara bersama-sama.
Setelah
melakukan senam pagi, kami mempersiapkan kegiatan kami selanjutnya yakni
membuat keterampilan dari bungkus kopi dan penyuluhan dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Sidoarjo, penyuluhan ini mengangkat tema “Pentingnya Pendidikan dan
Akses Pendidikan Bagi Masyarakat”. Sasaran utama dalam penyuluhan kami adalah
masyarakat Bangoan, namun yang hadir dalam kesempatan itu hanya ibu-ibu beserta
anak-anaknya, dan total secara keseluruhan yang hadir berjumlah 25 orang, dan
Ibu Kepala Sekolah SDN Kedung Peluk 2 juga hadir dalam kegiatan tersebut. Ruang
kelas yang digunakan untuk penyuluhan terasa penuh dan ramai, namun tidak
menyurutkan semangat dan antusiasme masyarakat untuk mengikuti kegiatan kami
ini sampai selesai. Sekitar 14.30, kami kedatangan tamu yang sangat spesial
yakni Bapak Ali Yusuf, S.Ag., M.Pd selaku Dosen PNF Unesa. Laki-laki yang lahir
di Banyuwangi ini merupakan salah satu dosen yang tidak banyak bicara namun
pemikirannya begitu luas, dan dekat dengan mahasiswa, hal itulah yang
menyebabkan Beliau salah satu daftar Dosen favorit kami. Beliau datang ke
tempat pengabdian kami dengan menggunakan motor kesayangannya. Menjelang sore
harinya seperti biasanya kami mengajari anak-anak mengaji di mushola. Pada
malam harinya kami melakukan rutinitas yang biasanya kami lakukan, seperti
tadarusan, memancing, membuat rak buku, dan sebelum kami berangkat di pulau
kapuk kami melakukan evaluasi terlebih dahulu.
Pada
tanggal 19 Juni 2015, acara dihari itu adalah Karomah Muslim yang kebetulan di
tahun ini Karomah Muslim dilaksanakan bebarengan dengan acara GPM. Sedikit
mengulas acara Karomah Muslim merupakan kegiatan yang digagas oleh mahasiswa
dan mahasiswi HMJ PNF Unesa yang masuk ke dalam Divisi Keagamaan. Konsep
acaranya pun sedikit berbeda dengan acara-acara yang lainnya karena banyak
mengandung unsur religi, namun tidak terlepas dari unsur sosial dan
pendidikannya. Apa saja sih kegiatan yang dilakukan pada saat acara Karomah
Muslim? Kegiatannya yang pertama adalah kerja bakti, jadi seluruh panitia
dibagi beberapa tim, tim pertama nanti akan membersihkan mushola, tim kedua
membersihkan sekolah, dan tim yang ketiga membersihkan halaman di sekitar sekolah.
Walaupun kami semua dalam keadaan berpuasa dan terkena teriknya panas mentari,
kami tetap bersemangat untuk kerja bakti. Kerja bakti ini merupakan bentuk rasa
kepedulian kami dengan lingkungan, yang harus dijaga keasriannya. Kegiatan kami
kedua dalam acara Karomah Muslim adalah tadarusan, setiap anak harus mengaji 1
juz dan target kami adalah pada saat jum’at malam diharapkan kami harus mampu
mengkatamkan 30 juz dan alhamdulillah itu berhasil. Setelah sholat jum’at
kegiatan kami adalah dzikir bersama, dan menjelang sore harinya kami datang ke
mushola untuk memberikan tausiyah kepada adik-adik di Dusun Bangoan. Setelah
tausiyah selesai maka, sebagian panitia kembali ke basecamp untuk membantu sie
konsumsi mempersiapkan takjil buat buka puasa bersama masyarakat di Bangoan.
Takjil yang kami siapkan adalah semangka, melon, kurma, aneka macam krupuk,
jajanan pasar, air putih, teh hangat, dan es buah. Kami sadar menu yang kami
siapkan bukanlah menu yang mewah, walaupun kelihatan sederhana masih tetap pas
dan terasa nikmat apabila berbuka puasa dilakukan bersama-sama. Pada malam
harinya, setelah sholat tarawih kami melaksanakan tadarus dan sekaligus
mengkhatamkan Al-Qur’an. Alhamdulillah, kami semua mampu melaksanakan itu
dengan baik. Kami mengerjakan ini semua hanya ingin mendapatkan rahmat dan
nikmat Allah SWT pada bulan Ramadhan kali ini.
Keesokan
harinya, tanggal 20 Juni 2015 merupakan hari terakhir pengabdian kami di Dusun
Bangoan. Memang hari ini adalah hari terakhir, namun semangat mengabdi kepada
masyarakat dan negara akan terus berkobar dalam jiwa. Kegiatan untuk hari ini
adalah, peresmian perpustakaan mini untuk SDN Kedung Peluk 2. Sudah lama kita
mencanangkan untuk membuat perpustakaan, mengingat SD tersebut belum mempunyai
perpustakaan atau tempat untuk membaca para siswa. Dengan adanya perpustakaan
mini tersebut, diharapkan para siswa giat untuk membaca buku dan menambah daya
tarik SD tersebut, karena sudah memiliki perpustakaan. Harapan besar yang
terpatri Kepala Sekolah SDN Kedung Peluk 2 adalah perpustakaan tersebut tidak
hanya diperuntukkan para siswanya saja, melainkan masyarakat Bangoan boleh
meminjam buku-buku tersebut, atau hanya sekedar membacanya. Karena menurut
Beliau, dengan cara inilah yang bisa meningkatkan minat baca masyarakat.
Perpustakaan
mini tersebut atas dasar inisiatif mahasiswa sendiri, dari pengumpulan buku
hingga mempersiapkan properti yang dibutuhkan saat peresmian semua mahasiswa
yang melakukannya, seperti membuat rak, benner, karpet, dan lain sebagainya.
Dalam pengumpulan buku, kami dibantu oleh para donatur yang sedia untuk
menyumbangkan buku-bukunya, dan Alhamdulillah dari pengumpulan tersebut kami
berhasil mengumpulkan sebanyak 5 dus yang berisikan buku-buku pelajaran, buku
cerita, buku agama, kamus, dan buku pengetahuan umum lainnya. Peresmian
tersebut dihadiri oleh Kepsek beserta guru dan staf pengajarnya, dan tampak Ibu
RT serta siswa-siswi SDN Kedung Peluk 2 juga hadir dalam peresmian kali ini. Peresmian
perpustakaan ini dilaksanakan pada pukul 09.00, dan secara simbolis Kepsek
meresmikan secara langsung dengan pemotongan pita. Seusai peresmian, kami
memberikan kenang-kenangan berupa foto kami serta memberikan hadiah kepada
adik-adik yang menang dalam perlombaan pada waktu lalu.
Inilah
sekelumit cerita tentang kegiatan kami, kami tidak akan bisa membuat kegiatan
semacam ini tanpa bantuan atau dukungan dari pihak lain, seperti teman-teman
HMJ PNF Unesa, Imadiklus, dan para Donatur. Satu kata kunci yang sangat
berarti, dan merupakan awal dari keberhasilan kegiatan kami yaitu “Peka
terhadap apa yang ada di depan mata”, apabila kita tidak peka pasti kegiatan
ini tidak akan berjalan secara maksimal. Begitu pula kita melakukan pengabdian
ini, dari sekian banyak pelajaran yang didapat, hanya satu yang menjadi kunci
dari pelajaran tersebut yaitu “Peka terhadap apa yang ada di depan mata” yang
meliputi peka terhadap sesama, dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Oleh
kerena itu, mahasiswa sebagai agent of change dan agent of control harus mampu
membawa suatu perubahan, mahasiswa berhak mengkritik tanpa harus menghina para
pemangku jabatan apabila mereka tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya.
Menunggu uluran tangan pemerintah pun tidak akan mampu menyelesaikan persoalan,
kalau persoalan tersebut tidak ditangani segera, akibatnya akan muncul
persoalan-persoalan baru yang nantinya butuh waktu lagi untuk menyelesaikannya.
Lalu siapa lagi masyarakat ini berharap untuk perubahan itu ada, kalau bukan
kita siapa lagi? Selagi kita bisa melakukan, tunggu apa lagi? Kegiatan inilah
yang membuat kami sadar bahwa masalah utama negara ini bukan soal kesehatan
masyarakat, perekonomian yang tidak stabil, infrastruktur, harga BBM, sembako,
daging yang kian meroket, ataupun nilai tukar yang kian melemah, dan
sesungguhnya masalah negara ini adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Iya, pendidikan. Pendidikanlah yang mampu merubah semuanya, apabila masyarakat
cerdas dan pintar maka tingkat kontribusi masyarakat dalam pembangunan suatu
negara akan meningkat. Selain itu, dalam bidang kesehatan, ekonomi, IPTEK,
sosial, dan budaya akan terus berkembang seiring tingkat pemahaman masyarakat
yang kian berkualitas. Maka seharusnya pemerintah memperhatikan rakyat melalui
pendidikan. Semoga dengan cerita ini dapat memperoleh pelajaran bagi kita
kedepannya yang lebih baik lagi. So, jangan takut untuk mengabdi, karena
mengabdi itu menyenangkan. (Novisal B)
Inilah foto-foto kegiatan peresmian saat perpustakaan mini:
0 komentar:
Posting Komentar