;
twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

9/09/2015 08:37:00 PM
0

Melakukan asas Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan suatu kewajiban setiap mahasiswa. Ketika menjadi seorang mahasiswa di kampus melakukan proses pendidikan, penelitian sudah menjadi makanan pokok setiap harinya, dengan itu pun tidak cukup untuk menjadikan kita sebagai mahasiswa yang ideal, apabila kita dapat dikatakan mahasiswa yang ideal harus mampu berani mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Dalam kehidupan sosial harus ada yang namanya proses give and take. Karena itu, mahasiswa yang sedang menjalankan atau telah selesai masa studinya di perguruan tinggi dituntut untuk mentransfer ilmu-ilmunya dan mengimplementasikan kepada masyarakat. Ada sebuah nasihat, sebanyak apa pun ilmu yang kita dapatkan, akan menjadi sia-sia apabila ilmu tersebut tidak diamalkan kepada orang lain. Hal inilah yang melatarbelakangi kami (HMJ PNF Unesa) membuat suatu program kerja yang berbasis masyarakat dan insyallah dari kegiatan tersebut banyak manfaat yang didapat. Yuk, simak cerita kami..
Gerakan Pengabdian Masyarakat atau biasa disebut GPM merupakan salah satu program kerja unggulan HMJ PNF Unesa periode 2015. GPM ini bukan proker pertama kali yang dilaksanakan oleh HMJ melainkan sudah dilaksanakan dua kali sejak tahun 2014, pengabdian pada tahun ini berlangsung selama 5 hari yakni tanggal 16-20 Juni 2015 di Dusun Bangoan Desa Kedung Peluk, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Ketua pelaksana kegiatan kali ini adalah Muhammad Ismail Sholeh mahasiswa PNF angkatan 2014 yang merupakan salah satu anggota Divisi Pengabdian Masyarakat.
Persiapan kami hanya 2 bulan, kami harus menggodok sebuah konsep yang nantinya kami lakukan di kegiatan tersebut. Mulai membentuk kepanitiaan, melakukan rapat rutin, membuat program-program kegiatan, mempersiapkan sesuatu yang nantinya diperlukan saat kegiatan tersebut berlangsung, hingga melakukan lobbying dengan sejumlah pihak, seperti Kepala Dusun Bangoan, Kepala Desa Kedung Peluk, Kepala Sekolah SDN Kedung Peluk 2, Dinas Pendidikan Sidoarjo, Dosen PNF Unesa, dan sejumlah tokoh masyarakat setempat.
Disuatu daerah pasti mempunyai banyak potensi sumber daya, baik itu potensi alam maupun manusia. Ditempat kami mengabdi ini dapat tergambar jelas, bahwa di Dusun Bangoan mempunyai kekayaan sumber daya alam yang sangat luar biasa yang seharusnya dapat dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat dengan baik untuk menunjang perekonomian masyarakat tersebut. Dengan hamparan ribuan hektar tambak yang begitu luasnya, namun sayangnya masyarakat masih merasa kebingungan untuk mengolah hasil tangkapan saat pasca panen. Masyarakat lebih memilih hasil panen tersebut langsung dijual ke pengepul ikan. Hal ini yang menyebabkan rawan sekali terjadinya kecurangan. Pasalnya, pengepul ikan dengan leluasa dapat memainkan harga ikan untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar, dan ironinya pengepul membeli ikan kepada petani ikan dengan harga murah, lalu dijual kepada tingkat agen atau pengecer dengan harga yang begitu mahalnya. inilah yang menyebabkan petani mengalami kerugian. Petani pun tidak mampu berbuat banyak, dengan terpaksa mereka harus menjual ikan-ikan tersebut kepada pengepul, apabila mereka tidak menjualnya, mereka dapat kehilangan pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, karena saat ini pengepul ikan sudah menjadi raja pasar bukan lagi petani. Apakah saat ini petani hidup dalam kesejahteraan? Rasanya mendapatkan keuntungan sedikit saja sudah bersyukur apalagi mendapatkan kesejahteraan dan keadilan.
Hasil pendapatan pasca panen tidak sebanding lurus dengan pengeluaran sebelum panen tiba. Petani harus mengeluarkan uang pribadi lagi untuk membeli bibit, pakan, belum lagi membayar buruh petani, sewa deasel, ataupun membayar sewa tambak. Dan tak jarang pula para petani harus memanen ikan sejak dini karena petani tidak mampu membeli obat khusus ikan yang mencegah bakteri, sehingga petani harus melakukan panen sejak dini daripada terancam gagal panen. Fakta-fakta inilah yang kami dapatkan setelah mengobservasi tempat itu pada bulan Mei lalu.
Kami harus memutar otak dari permasalahan ini, yang menyebabkan petani itu lebih memilih menjual langsung ke pengepul tidak diolah menjadi suatu produk, disebabkan karena:
1.      Minimnya minat masyarakat untuk membuat seperti itu
2.      Minimnya pengetahuan serta skill untuk mengolah
3.      Tidak ada modal
4.      Tidak ada usaha-usaha kecil masyarakat
5.   Tidak ada intervensi pemerintah setempat karena keadaan desa tidak ada lampu, infrastrukturnya begitu sempit, dan sanitasi air untuk MCK sangat memprihatinkan
Apabila kita tinjau dari nomor 2 dan 3, masyarakat tidak mampu mengolah hasil pasca panen karena mereka tidak mempunyai skill yang menyebabkan minat masyarakat untuk membuat produk olahan sangatlah sulit sekali. Maklumlah, pendidikan mereka sangat rendah, mereka hanya lulusan SD bahkan beberapa orang yang lanjut usia pun ada yang tidak mengenyam sekolah sama sekali, karena mereka menganggap pendidikan itu tidak penting, dan menyebabkan mereka tidak bisa membaca dan menulis. Kami pikir solusi yang tepat untuk menangani permasalahan tersebut dengan memberikan program-program yang mengandung unsur pendidikan, dan kita tetap berupaya keras untuk memahamkan mereka betapa pentingnya pendidikan itu sendiri. Dengan gagasan atau ide ini, diharapkan mampu akan merubah hidup masyarakat disana dengan melalui pendidikan.
Program kegiatan kami terfokus pada sektor pendidikan, dan sasarannya pun terbagi menjadi dua bagian yaitu anak-anak, dan masyarakat umum atau orang tua. Program-program yang dikhusukan pada anak-anak antara lain bimbingan belajar dan motivasi, TPA, serta lomba tradisional dan edukatif. Sedangkan program-program yang dikhususkan bagi masyarakat umum atau orang tua antara lain pemberian keterampilan dan penyuluhan dari Dinas Pendidikan Sidoarjo tentang Pentingnya Pendidikan dan Akses Pendidikan Bagi Masyarakat.
Pada tanggal 16 juni 2015 pagi hari kami sudah berada di lokasi, kami berangkat dengan menggunakan sepeda motor karena menurut kami motor merupakan kendaraan yang paling tepat agar terbebas dari kemacetan kota, dan kendaraan inilah juga cocok untuk menyelusuri jalan di wilayah bangoan tersebut, memang kita ketahui bersama jalan untuk menuju bangoan sangatlah ekstrem. Kami mengabdi hanya membawa keperluan pribadi, peralatan, dan perlengkapan yang dibutuhkan saat pengabdian. Alhamdulillah, kami diberikan tempat menginap di SDN Kedung Peluk 2 untuk beberapa hari kedepan selama kami masih melakukan pengabdian di daerah tersebut.
Setelah tiba di lokasi, kami tidak langsung menjalankan program atau kegiatan, melainkan kami harus membersihkan dan menata tempat tersebut supaya nyaman layaknya rumah kami sendiri. Mulai membersihkan halaman, membersihkan kelas yang nantinya kita jadikan tempat tidur, membersihkan ruang serba guna untuk dijadikan tempat masak, membersihkan kamar mandi, dan lain-lain. Setelah semua dirasa bersih dan nyaman, maka perlu kiranya badan kami ini untuk dibersihkan juga (alias mandi).
Mandi sudah, makan pun juga sudah. Jam menunjukkan pukul 19.30 artinya kami harus mempersiapkan kegiatan kami yang pertama yakni malam inagurasi. Dimana konsep kegiatan ini untuk mengakrabkan keluarga HMJ PNF Unesa 2015, inti dari kegiatan ini adalah setiap divisi akan menampilkan sesuatu yang bisa menghibur audience. Penampilan dari setiap divisi pun beragam, ada yang menyanyi, drama, sulap, puisi, dan ada juga divisi yang menampilkan lipsync dari lagu yang mereka kuasai. Dari penampilan-penampilan inilah yang membuat kami tertawa bersama.
Keesokan harinya pada tanggal 17 juni 2015, kegiatan kami memang terfokus pada anak-anak di dusun Bangoan. Anak-anak disana mempunyai segudang potensi yang harus dikembangkan secara maksimal, karena kami mengetahui bahwa mereka adalah generasi bangsa dan masa muda mereka masih panjang yang seharusnya masa-masa tersebut harus dipenuhui dengan keceriaan dan kebahagiaan, dan di masa inilah mereka harus dituntut untuk belajar agar mereka kelak menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, kami hadir ditengah-tengah mereka untuk saling berbagi, berbagi ilmu, pengalaman, dan berbagi cerita. Kami merasa beruntung bisa bertemu dengan mereka, yang kami rasa mereka adalah anak-anak yang luar biasa. Semangat mereka tak pernah padam, optimisme untuk menggapai cita-cita sangatlah tinggi, dan mereka semua memiliki kepribadian baik, sopan terhadap kami walaupun mereka pertama kalinya bertemu. Hal-hal inilah yang membuat kami iri terhadap mereka.
Kegiatan pertama kali yang kami lakukan dihari itu adalah traditional games, dimana ada tiga games yang dimainkan oleh mereka, permainan pertama adalah Bola Sarung Bergoyang (BSB) permainan ini mengadopsi permainan bola voli, namun yang membedakan BSB dengan permainan bola voli pada umumnya adalah mekanisme untuk memainkannya. Setiap tim terdiri dari empat orang (tidak boleh kurang ataupun lebih, kalau lebih akan menjadi pemain cadangan), untuk menservis, atau melemparkan bola ke daerah lawan dengan menggunakan sarung, jadi setiap orang memegang ujung-ujung sarung tersebut, bola dari permainan ini bukan bola biasanya, melainkan balon yang diisi air, untuk memainkannya sarung yang diatasnya bola tersebut diayunkan kedepan dan seterusnya. Permainan ini memang butuh konsentrasi yang ekstra, dan kekompakan tim, apabila mereka tidak kompak maka penulis menjamin tidak ada bola satu pun yang berhasil masuk ke dalam daerah lawan. Permainan kedua adalah Bola Buta yang mengadopsi permainan sepak bola, dan dilanjutkan permainan Injak Balon. Mereka sangat antusias mengikuti lomba sampai akhir demi merebutkan gelar juara.
Setelah kegiatan pertama usai, sekitar jam 13.00 kami mempersiapkan kegiatan yang kedua yakni lomba edukatif yang terdiri dari lomba adzan, lomba bercerita atau dongeng, dan yang terakhir lomba hafalan surah-surah Al-Qur’an juz 30 dan lomba ini diikuti kurang lebih 15 anak. Sebelum mereka mengikuti lomba edukatif mereka dibimbing terlebih dahulu oleh tutornya, misalnya anak yang belum bisa Adzan, membaca, ataupun menghafal surah kita beri bimbingan, sehingga pada saat mereka mengikuti lomba mereka benar-benar siap untuk melakukannya. Perhatian kami tertuju kepada salah satu peserta lomba yang secara kasat mata, memang umur anak itu terbilang jauh dari teman-temannya, umurnya masih 3 tahun. Ditanya soal umur dan namanya anak itu masih bingung untuk menjawabnya, maklumlah kan dia masih kecil. Dengan bantuan dan dukungan dari kakak dan panitia yang bertugas akhirnya dia mengikuti lomba bercerita dengan baik. Peserta lain pun begitu, pada gilirannya maju ke depan dengan percaya dirinya mereka melakukan, tapi saat mereka di depan dan ditonton banyak orang, mereka pun grogi untung saja mereka tidak sampai mengompol, Hehehe. Satu per satu mereka telah melakukan lomba tersebut, artinya lomba kali ini telah selesai.
Pada malam harinya kami mempersiapkan diri untuk menghadiri undangan masyarakat dalam menyambut bulan puasa di mushola di daerah tersebut. Acaranya biasa disebut megengan, megengan ini merupakan salah satu tradisi masyarakat jawa konon katanya tradisi ini dibawakan oleh Sunan Kalijaga, megengan berasal dari bahasa sansekerta yaitu ‘megeng’ yang berarti menahan (ngempet ngombe, ngempet mangan, ngempet sak liyan-liyane), menandakan sebentar lagi bulan puasa akan tiba. Megengan juga diartikan sebagai rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang sampai saat ini kita masih berjumpa dengan bulan yang suci, bulan penuh ampunan, bulan yang terdapat 1000 kebaikan, yaitu bulan Ramadhan. Kami dan masyarakat berkumpul bersama-sama, tak jarang kami berkenalan dengan mereka dan mencoba mengakrabkan diri, akhirnya mereka pun merasa enjoy dengan kedatangan kami disini. Setelah megengan selesai, terlihat ditengah-tengah mushola masih tersisa banyak makanan, sehingga Pak RT menyuruh kami membawa semua makanan itu. Waah, nanti malam sepertinya kami tidak akan kelaparan lagi deh. Setelah makan, dan perut terasa kenyang. Selang beberapa menit kemudian, kami kedatangan tamu spesial dari mahasiswa-mahasiswi angkatan 2012 dan alumni PNF Unesa angkatan 2011, diantaranya Mas Bagoes, Mas Firdaus, Mas Sani, Mbak Pipit, Mbak Puput, Mbak Ilfi, Mbak Yeni, dan Mas ikhsan. mereka ingin melihat kegiatan kami dan memonitoring atas kegiatan kami ini, penulis pun terlibat pembicaraan yang serius dengan mereka yakni membahas masalah skripsi, yah setidaknya penulis setidaknya ada gambaran kedepan untuk membuat skripsi yang baik dan benar, itu berkat ikut nimbrung pembicaraan mereka. Jam telah menunjukkan 21.00, kegiatan kami selanjutnya adalah melakukan evaluasi kegiatan hari ini dan briefing untuk kegiatan pada esok hari, dan tak terasa waktu menunjukkan dini hari, dan kami pun akan mengejar mimpi-mimpi kami di pulau kapuk.
Pada tanggal 18 juni 2015, pukul 02.30 pagi hari sebagian panitia laki-laki bergegas berkeliling dusun untuk membangunkan masyarakat sekitar untuk sahur. Memang pada hari itu adalah hari pertama kita memasuki bulan Ramadhan 1346 H. Dengan membawa senter untuk penerangan kami menyusuri Dusun tersebut, dari ujung ke ujung sampai rumah warga terbelakang pun kami datangi, sangking asyiknya sampai-sampai kami hampir lupa sahur. Setelah berkeliling Dusun, kami memutuskan untuk kembali. Menu sahur kami sangat sederhana, walau sederhana tetap terasa nikmat apabila makannya dilakukan secara bersama-sama.
Setelah melakukan senam pagi, kami mempersiapkan kegiatan kami selanjutnya yakni membuat keterampilan dari bungkus kopi dan penyuluhan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, penyuluhan ini mengangkat tema “Pentingnya Pendidikan dan Akses Pendidikan Bagi Masyarakat”. Sasaran utama dalam penyuluhan kami adalah masyarakat Bangoan, namun yang hadir dalam kesempatan itu hanya ibu-ibu beserta anak-anaknya, dan total secara keseluruhan yang hadir berjumlah 25 orang, dan Ibu Kepala Sekolah SDN Kedung Peluk 2 juga hadir dalam kegiatan tersebut. Ruang kelas yang digunakan untuk penyuluhan terasa penuh dan ramai, namun tidak menyurutkan semangat dan antusiasme masyarakat untuk mengikuti kegiatan kami ini sampai selesai. Sekitar 14.30, kami kedatangan tamu yang sangat spesial yakni Bapak Ali Yusuf, S.Ag., M.Pd selaku Dosen PNF Unesa. Laki-laki yang lahir di Banyuwangi ini merupakan salah satu dosen yang tidak banyak bicara namun pemikirannya begitu luas, dan dekat dengan mahasiswa, hal itulah yang menyebabkan Beliau salah satu daftar Dosen favorit kami. Beliau datang ke tempat pengabdian kami dengan menggunakan motor kesayangannya. Menjelang sore harinya seperti biasanya kami mengajari anak-anak mengaji di mushola. Pada malam harinya kami melakukan rutinitas yang biasanya kami lakukan, seperti tadarusan, memancing, membuat rak buku, dan sebelum kami berangkat di pulau kapuk kami melakukan evaluasi terlebih dahulu.
Pada tanggal 19 Juni 2015, acara dihari itu adalah Karomah Muslim yang kebetulan di tahun ini Karomah Muslim dilaksanakan bebarengan dengan acara GPM. Sedikit mengulas acara Karomah Muslim merupakan kegiatan yang digagas oleh mahasiswa dan mahasiswi HMJ PNF Unesa yang masuk ke dalam Divisi Keagamaan. Konsep acaranya pun sedikit berbeda dengan acara-acara yang lainnya karena banyak mengandung unsur religi, namun tidak terlepas dari unsur sosial dan pendidikannya. Apa saja sih kegiatan yang dilakukan pada saat acara Karomah Muslim? Kegiatannya yang pertama adalah kerja bakti, jadi seluruh panitia dibagi beberapa tim, tim pertama nanti akan membersihkan mushola, tim kedua membersihkan sekolah, dan tim yang ketiga membersihkan halaman di sekitar sekolah. Walaupun kami semua dalam keadaan berpuasa dan terkena teriknya panas mentari, kami tetap bersemangat untuk kerja bakti. Kerja bakti ini merupakan bentuk rasa kepedulian kami dengan lingkungan, yang harus dijaga keasriannya. Kegiatan kami kedua dalam acara Karomah Muslim adalah tadarusan, setiap anak harus mengaji 1 juz dan target kami adalah pada saat jum’at malam diharapkan kami harus mampu mengkatamkan 30 juz dan alhamdulillah itu berhasil. Setelah sholat jum’at kegiatan kami adalah dzikir bersama, dan menjelang sore harinya kami datang ke mushola untuk memberikan tausiyah kepada adik-adik di Dusun Bangoan. Setelah tausiyah selesai maka, sebagian panitia kembali ke basecamp untuk membantu sie konsumsi mempersiapkan takjil buat buka puasa bersama masyarakat di Bangoan. Takjil yang kami siapkan adalah semangka, melon, kurma, aneka macam krupuk, jajanan pasar, air putih, teh hangat, dan es buah. Kami sadar menu yang kami siapkan bukanlah menu yang mewah, walaupun kelihatan sederhana masih tetap pas dan terasa nikmat apabila berbuka puasa dilakukan bersama-sama. Pada malam harinya, setelah sholat tarawih kami melaksanakan tadarus dan sekaligus mengkhatamkan Al-Qur’an. Alhamdulillah, kami semua mampu melaksanakan itu dengan baik. Kami mengerjakan ini semua hanya ingin mendapatkan rahmat dan nikmat Allah SWT pada bulan Ramadhan kali ini.
Keesokan harinya, tanggal 20 Juni 2015 merupakan hari terakhir pengabdian kami di Dusun Bangoan. Memang hari ini adalah hari terakhir, namun semangat mengabdi kepada masyarakat dan negara akan terus berkobar dalam jiwa. Kegiatan untuk hari ini adalah, peresmian perpustakaan mini untuk SDN Kedung Peluk 2. Sudah lama kita mencanangkan untuk membuat perpustakaan, mengingat SD tersebut belum mempunyai perpustakaan atau tempat untuk membaca para siswa. Dengan adanya perpustakaan mini tersebut, diharapkan para siswa giat untuk membaca buku dan menambah daya tarik SD tersebut, karena sudah memiliki perpustakaan. Harapan besar yang terpatri Kepala Sekolah SDN Kedung Peluk 2 adalah perpustakaan tersebut tidak hanya diperuntukkan para siswanya saja, melainkan masyarakat Bangoan boleh meminjam buku-buku tersebut, atau hanya sekedar membacanya. Karena menurut Beliau, dengan cara inilah yang bisa meningkatkan minat baca masyarakat.
Perpustakaan mini tersebut atas dasar inisiatif mahasiswa sendiri, dari pengumpulan buku hingga mempersiapkan properti yang dibutuhkan saat peresmian semua mahasiswa yang melakukannya, seperti membuat rak, benner, karpet, dan lain sebagainya. Dalam pengumpulan buku, kami dibantu oleh para donatur yang sedia untuk menyumbangkan buku-bukunya, dan Alhamdulillah dari pengumpulan tersebut kami berhasil mengumpulkan sebanyak 5 dus yang berisikan buku-buku pelajaran, buku cerita, buku agama, kamus, dan buku pengetahuan umum lainnya. Peresmian tersebut dihadiri oleh Kepsek beserta guru dan staf pengajarnya, dan tampak Ibu RT serta siswa-siswi SDN Kedung Peluk 2 juga hadir dalam peresmian kali ini. Peresmian perpustakaan ini dilaksanakan pada pukul 09.00, dan secara simbolis Kepsek meresmikan secara langsung dengan pemotongan pita. Seusai peresmian, kami memberikan kenang-kenangan berupa foto kami serta memberikan hadiah kepada adik-adik yang menang dalam perlombaan pada waktu lalu.
Inilah sekelumit cerita tentang kegiatan kami, kami tidak akan bisa membuat kegiatan semacam ini tanpa bantuan atau dukungan dari pihak lain, seperti teman-teman HMJ PNF Unesa, Imadiklus, dan para Donatur. Satu kata kunci yang sangat berarti, dan merupakan awal dari keberhasilan kegiatan kami yaitu “Peka terhadap apa yang ada di depan mata”, apabila kita tidak peka pasti kegiatan ini tidak akan berjalan secara maksimal. Begitu pula kita melakukan pengabdian ini, dari sekian banyak pelajaran yang didapat, hanya satu yang menjadi kunci dari pelajaran tersebut yaitu “Peka terhadap apa yang ada di depan mata” yang meliputi peka terhadap sesama, dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Oleh kerena itu, mahasiswa sebagai agent of change dan agent of control harus mampu membawa suatu perubahan, mahasiswa berhak mengkritik tanpa harus menghina para pemangku jabatan apabila mereka tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya. Menunggu uluran tangan pemerintah pun tidak akan mampu menyelesaikan persoalan, kalau persoalan tersebut tidak ditangani segera, akibatnya akan muncul persoalan-persoalan baru yang nantinya butuh waktu lagi untuk menyelesaikannya. Lalu siapa lagi masyarakat ini berharap untuk perubahan itu ada, kalau bukan kita siapa lagi? Selagi kita bisa melakukan, tunggu apa lagi? Kegiatan inilah yang membuat kami sadar bahwa masalah utama negara ini bukan soal kesehatan masyarakat, perekonomian yang tidak stabil, infrastruktur, harga BBM, sembako, daging yang kian meroket, ataupun nilai tukar yang kian melemah, dan sesungguhnya masalah negara ini adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan. Iya, pendidikan. Pendidikanlah yang mampu merubah semuanya, apabila masyarakat cerdas dan pintar maka tingkat kontribusi masyarakat dalam pembangunan suatu negara akan meningkat. Selain itu, dalam bidang kesehatan, ekonomi, IPTEK, sosial, dan budaya akan terus berkembang seiring tingkat pemahaman masyarakat yang kian berkualitas. Maka seharusnya pemerintah memperhatikan rakyat melalui pendidikan. Semoga dengan cerita ini dapat memperoleh pelajaran bagi kita kedepannya yang lebih baik lagi. So, jangan takut untuk mengabdi, karena mengabdi itu menyenangkan. (Novisal B)

Inilah foto-foto kegiatan peresmian saat perpustakaan mini:






0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts