Tema
Persahabatan
Konflik
Konflik
Kisah persahabatan yang terputus
akibat suatu fitnah
Sumber
By Editor
Novisal
Bahar
Dramatic Personae
Aulia
Gadis berumur 17 tahun, berjibab,
kecil, baik hati, sabar, jujur dan suka menolong.
Andin
Gadis berumur 16 tahun, berjilbab, baik
hati, tidak Pilih-pilih, mudah percaya, dan suka merendahkan.
Audy
Gadis berumur 17 tahun, berjibab, baik
hati, tidah pilih-pilih, dan mudah
percaya kepada orang lain.
Aldi
Laki-laki berumur 18 tahun, kurus, rambut keriting,
suka Memfitnah, iri hati, suka
merendahkan orang lain.
Erwin
Laki-laki
berumur 17 tahun, kurus, putih, suka memfitnah, suka merendahkan orang lain.
Rama
Pacar Aulia yang
berbeda kelas, tampan, pengertian, baik, dan selalu menghibur Aulia saat sedih.
Papa
Laki-laki
berusia 40 tahunan.
Ibu Guru
Mudah percaya
omongan orang lain.
Matahari
mulai bergerak mengawali hari. Saat semburat jingga menyeruak menghiasi langit
yang nampak bening sebening permata. Kupu-kupu mulai berterbangan kesana kemari
seakan merayakan hari yang indah ini. Burung-burung berkicau sangat merdu
seakan tak mau kalah dengan yang lain. bunga-bunga bermekaran, menampakkan
kelopak yang beragam nan indah. Tak ada yang lebih indah dari hari ini. Waktu
itu seberkas cahaya masuk melalui celah-celah jendela yang
memberikan ketentraman yang berada dikelas. Tetapi mengapa dihari itu juga
masih ada orang yang ingin merusak indahnya hari, ingin merubah ketentraman
menjadi kepiluan bagi mereka sendiri.
Di
ruangan kelas yang terdapat berbagai kursi dan meja yang tertata rapi.
Aldi :
Kenapa ya...., persahabatan 3BG kok sangat erat ? aku ingin persahabatan mereka jadi putus, tapi
bagaimana caranya ? (diam sambil memikirkan sesuatu)
Erwin
: Ah…., kamu
curi saja dompetnya Andin, dan setelah itu kamu
taruh saja di tasnya Aulia,
Andin dan Audy pasti akan
menuduh Aulia.
Aldi :
Ide yang bagus bro, tapi tolong bantu aku untuk melakukan rencana ini.
Erwin :
Okelah, aku juga ingin melihat persahabatan mereka putus.
-
(Melaksanakan
aksi jahatnya)
Orang yang tak tau apa-apa kini menjadi imbasnya,
membuat suasana menjadi runyam, tak terkendali oleh emosi yang telah membakar
api kebencian begitu dalamnya.
Masuklah 3BG ke
kelas, sambil duduk ditempatnya masing-masing, dan tiba-tiba…
Andin : ( sambil membuka tasnya
dan terlihat sedang mencari sesuatu dan wajahnya sangat gelisah )
Audy :
Ada apa Din, kok kayaknya gelisah banget ?
Andin :
Aduh gimana nih, dompetku hilang.
Aulia :
Kok bisa hilang, mungkin ada di
rumah kamu.
Andin :
Nggak mungkin, tadi aku inget kok dompetku sudah ku masukkan kedalam tasku.
(Tiba-tiba
Aldi memotong pembicaraan mereka dengan lagak sok tahu)
Aldi :
Aku tahu siapa yang mencuri dompet kamu.
Andin :
Emangnya siapa Al ?
Aldi :
Dia adalah sahabatmu sendiri yang bernama Aulia.
Andin :
Nggak mungkinlah dia yang mencuri dompetku, kamu kok sok tahu banget sih.
Aldi :
Ya sudah kalau kamu nggak percaya, kamu geledah tasnya Aulia.
Andin :
Maafkan aku Lia, aku harus menggeledah tasmu untuk Membuktikan omong kosongnya
Aldi.
Aulia :
Ya sudahlah nggak apa?
(Andin
dan Audy menggeledah tasnya Aulia dan beberapa lama kemudian dompet Andin
ditemukan ditasnya Aulia)
Erwin
: Tuhkan bener kata Aldi, Aulia si miskin itu yang mencurinya.
Andin :
Kamu kok tega sih Aulia, kalau kamu butuh uang kamu tinggal bilang sama kami, bukan begini
caranya, selama ini kami
selalu membantu kamu, tapi kamu kok tega banget.
Aulia :
Tapi bukan aku yang mencurinya.
Erwin
: Terus kamu tuduh kita yang mencurinya, jelas dompet Andin ada ditas kamukan?
Audy :
Dasar, sudah dikasih hati malah minta jantung.
Andin :
Mulai saat ini kamu tidak akan jadi sahabat kamu lagi.
Audy :
Dasar kau anak miskin. (
sambil menarik tangan aulia di depan kelas lalu menampar
pipi Aulia ).
Erwin :
Akan ku laporkan kamu kepada guru-guru, biar kamu dikeluarkan dari sekolah ini.
Dasar anak maling! (semuanya keluar, meninggalkan
aulia duduk sendiri dan tergesa-gesa untuk melaporkan masalah ini kepada guru)
Aulia :
Ya Allah, cobaan apa yang kau berikan pada persahabatan Kami, apa salah kami sehingga kau memberi
cobaan ini, Ya Allah kembalikan persahabatan kami seperti dulu lagi. Hanya kepada engkaulah kami mengadu. (sambil menangis)
Lalu
bagaimana persahabatan ini dapat kembali seperti semula, jika tak ada yang mau dibenahi dan membenahi.
Apakah harus berakhir menjadi puing-puing kehancuran, lalu seperti debu yang terbang begitu saja ketika
tertiup angin. Tak
ada cara lain,
selain hanya sekedar pasrah bahkan lari dari kenyataan pun akan terasa percuma saja.
Tiba-tiba anak-anak
dan ibu guru datang sambil memasang wajah tak bersahabat.
Aldi :
Itu bu, malingnya! (sambil menunjuk
kearahnya)
Ibu Guru :
Apakah benar kamu mencuri dompetnya Andin?
Aulia :
Tidak bu, sungguh aku bukan pencurinya. Memang aku miskin harta, tetapi aku masih
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Aku juga bukan tergolong
orang-orang yang ibu dan teman-teman kira. Apakah orang miskin itu selalu
dianggap jelek dimata kalian? Hah?
Erwin :
Jangan terpengaruh sama wajah melas dia bu, mana mungkin pencuri didunia ini
mau ngaku duluan!
Ibu Guru :
Sudahlah, hentikan Erwin!. Aulia, banyak saksi mata dan barang bukti yang terkuak
semuanya. Bahwa intinya kamulah pencuri dompet itu. Lalu apa kata orang jika
sekolah ini telah melahirkan seorang pencuri dompet? Nama sekolah ini ditaruh
dimana Aulia!. Sesuai dengan peraturan sekolah, dengan terpaksa saya akan
mengeluarkan kamu dari sekolah ini secepatnya.
(Lalu semuanya meninggalkan Aulia dikelas sendrian)
Tetes
demi tetes air mata yang jatuh membasahi lesung pipinya. Wajahnya pucat pasih kehilangan persahabatan
dan mungkin juga masa depan yang ia cita-citakan, yang selama ini ia
genggam dan ia jaga, tetapi
kini telah sirna bersama rasa pilu yang terus membelunggunya
Tiba-Tiba
Rama datang menghampiri Aulia yang terus mengisakkan air mata.
Rama : Wahai cinta, kenapa engkau mengisakkan air mata, apa
yang telah terjadi denganmu?
Aulia : Duhai cinta, sesungguhnya aku tak kuasa menahan
kepiluan yang telah menerpaku. Aku tak sanggup menghadapi kenyataan ini dengan
sendirian. Aku ingin bangkit, tetapi aku tak bisa. Sekarang kini aku hanya
butuh perhatian seseorang yang selalu mendampingi aku saat aku tertatih seperti
saat ini.
Rama : Mohon,
cinta. Dalam perjalanan hidup ini perlu sebuah proses, kita tidak hanya melalui
dataran. Proses itu sama halnya disaat
pertama aku membuka pintu hatimu, aku merasa jalan yang harus kulalui adalah
bukit. Saat ini aku masih merasa berputar-putar di lerengnya. Entah mengapa,
setiap kali aku mencoba menanjak menuju badan bukit, tapak kaki ini agak sulit
berkompromi dengan kata hatiku. Maunya tetap saja menapak di lereng. Beda ketika aku mencoba mengajak masuk dan mulai menapak
badan bukit, jeritan kesakitannya sanggup menusuk telapak kakiku. Walaupun tak
sampai puncak, aku selalu tetap berusaha untuk menggapai cinta darimu. Proses, Itulah yang saat ini yang sedang kita jalani. Dan
akan terus kita lakukan tanpa henti. Sampai nafas kita berhentipun, proses itu
akan terus bergulir. Tak baik memandang persoalan hanya pada satu sisi. Semua
butuh kematangan. Aku sadar, diriku masih jauh dari itu. Tapi aku selalu berusaha
akan didekatmu walaupun dengan tertatih.
Aulia : Sekarang aku tak tau harus berkata apa dan berbuat
apa, dan terima kasih engkau telah membuatku sedikit tenang pada hari ini.
Cinta.
Rama :
Sama-sama Cinta. asal kau ketahui, akulah dari segala cintamu.
Aulia :
(Tersenyum)
Rasa kepiluan yang masih tertanam di dalam relung
jiwanya, kini berubah menjadi secuil senyuman manis. Walaupun secuil senyuman
itu, akan terasa berarti bagi yang ingin melihatnya. Dan berharap keadilan
tuhan datang dan berpihak kepadanya.
Tak beberapa lama kemudian
bel pulang berbunyi, Andin dan Audy pulang bersama tanpa Aulia. Diperjalanan
pulang dan mau mengambil motornya, tiba-tiba Andin
menerima telpon dari Papanya yang berada diluar negeri.
Kring………kring…..kring….
Andin :
Hallo assalamu alaikum, ada apa Pa, kok tumben telpon aku.
Papa :
Waalaikum salam, Din Papa mau kasih kabar ke kamu, sebelumnya maafkan Papa, perusahaan Papa
Disini bangkrut.
Andin :
Apa Pa, bangkrut kok bisa begitu ?
Papa :
proyek yang Papa Buat mengalami
kerugian yang sangat
besar, Jadi Papa harus menjual
perusahaan Papa untuk membayar ganti rugi.
Andin :
Jadi kita jatuh miskin Pa?
Papa :
Begitulah, besok Papa dan Mama akan pulang ke Indonesia, dan kita harus cari
kontrakan rumah, karena rumah kita akan
di segel oleh bank.
(Tiba-tiba Andin memutuskan telpon dengan rasa
tidak percaya)
Andin :
Ini nggak mungkin. ( sambil membanting HP nya)
Audy :
Ada apa Din ?
Andin :
Perusahaan Papaku bangkrut dan sekarang aku jatuh miskin.
Audy :
Sabar ya.. Din, ini pasti bisa kamu lewati kok.
Andin :
Audy, kamu adalah sahabat
aku yang paling setia denganku, tolong jangan
tinggalkan aku.
Audy :
Ya… nggak mungkinlah aku ninggalin kamu, tidak
seperti Aulia yang menghianati sahabatnya sendiri.
Andin :
Terima kasih Audy.
Tiba-tiba ada motor yang melaju
kencang hingga menambrak salah satu dari
mereka, untung saja Aulia datang untuk menolongnya.
Aulia :
Awas Audy.( sambil berteriak dan mendorong Audy )
Audy :
Kamu nggak apakan Aulia.
Aulia :
Aduh, sakit. (sambil
jatuh dan memegangi lengannya karena terserempet motor)
(
Pengendara motor itu kemudian turun dari motornya )
Aldi :
Kamu nggak apa kan Aulia.
Rama :
(Lalu Rama mengampiri Aldi dan Erwin,
sambil berkata..) He, kalian punya mata atau tidak! Sudah jelas-jelas
disini banyak orang, dan berberapa kali juga saya sudah memperingatkan kalian
supaya tidak ngebut-ngebutan dijalan. Jika pacarku ada kenapa-kenapanya, kalian
harus tanggung jawab! Kalau tidak, aku akan segan-segan bertidak keras terhadap
kalian.
Aulia, Andin, Audy :
Aldi, Rama.
Aldi :
Maafkan aku yaaa, aku nggak sengaja.
Erwin :
Iya, maafkan aku juga yah?
Audy :
Makanya kalau naik motor itu jangan
ngebut-ngebut.
Erwin
: Ya.. maafkan kami,
kami khilaf.
Aulia
: Ya sudahlah nggak apa teman, mungkin ini adalah suatu ganjaran dari tuhan yang pantas
kuterima.
Aldi :
Oh ya Din, aku mau ngomong
sesuatu sama kamu, tentang masalah tadi
di kelas.
Andin :
Emangnya ada apa Al.
Aldi :
Sebenarnya yang mencuri dompet kamu itu bukan Aulia, melainkan aku.
Andin :
Apa Aldi?
Aldi :
Aku iri dengan persahabatan kalian yang sangat erat, makanya itu aku mencoba
untuk merusak persahabatan kalian.
Andin :
Jadi bukan Aulia yang mencurinya ?
Aldi : iya,
sekali
lagi maafkan aku (sambil
menyesali perbuatannya)
Audy :
Jadi persahabatan kita bersatu lagi dong.
Rama : Tak
kusangka, persahabatan kalian kembali seperti semula.
Andin :
Bersahabatan kita akan selalu abadi sepanjang masa.
Aulia :
Sampai akhir hayat menjemput kita, persahabatan ini Akan tetap bersatu... bersatu!
Andin :
3BG.
Audy
: Three.
Aulia
: Beautiful.
Andin :
Girl. (
Sambil menujukkan tanda persahabatan mereka yang berupa cincin )
Aldi :
Oke deh.
Erwin :
(Sambil bengong dan lalu bertepuk tangan)
( Rama, Aldi sambil
mengacungkan jempolnya
)
Burung-burung
bersiul riang, pohon-pohon melambai-lambai seakan-akan ikut merayakan
kembalinya persahabatan mereka. Rasa kepiluan kini berubah menjadi ketentraman
yang tak terlukiskan oleh kata-kata. Dan kini harapan barulah ada dihadapan
mereka, yang harus diwujudkan dalam kesetian
sejati.
---SELESAI---
0 komentar:
Posting Komentar