;
twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

6/03/2015 08:21:00 PM
0

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya telah mempunyai kegiatan besar yang dilaksanakan pada awal Mei hingga menjelang bulan Juni. Serangkaian demi serangkaian telah dilalui, akhirnya pada tanggal 25 Mei 2015 Fakultas Ilmu Pendidikan mengadakan Seminar Edupreneurship yang bertemakan Meningkatkan Profesionalisme Lulusan PNF melalui Edupreneurship untuk Menghadapi MEA, yang berlangsung di Auditorium FIP UNESA Gedung O5 Lantai 3.
Di dalam seminar kali ini PLS FIP UNESA telah menghadirkan dua pemateri yang sangat luar biasa, yang pertama Prof. Dr. Supriyono M.Pd yaitu guru besar PLS UM sekaligus ketua IKAPENFI dan sangat profesional dalam dunia pendidikan. Pemateri yang kedua adalah Drs. H. Muh. Molik, C.Ht, beliau adalah owner Yayasan Nurul Hayat yang pada tahun kemarin lembaga tersebut telah menjadi lembaga sosial terbaik nasional. Antusiasme mahasiswa sangatlah tinggi, terbukti jumlah peserta dalam seminar tersebut mencapai 300 peserta. Peserta tidak hanya dihadiri seluruh mahasiswa dan dosen PLS Unesa namun juga dihadiri mahasiswa PLS UM (Universitas Negeri Malang) yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (Imadiklus). Seminar kali ini juga dihadiri oleh Pembantu Dekan II FIP Unesa. Dipandu oleh MC saudari Dinda angkatan 2011 yang kini sedang menempuh skripsi, dan dimoderatori oleh Dr. Suhanadji, M.S, serta ada penampilan tarian tradisional Banyuwangi yang dibawakan oleh saudari Nisa, Lisyona, dan Tutus mahasiswi PLS Unesa angkatan 2014 yang menambah atmosfer seminar semakin meriah.
Dalam sambutan ketua jurusan PLS Drs. Hj. Gunarti Dwi Lestari, M.Pd., M.Si telah menyampaikan, bahwa seminar kali ini harus dimanfaatkan secara maksimal oleh mahasiswa, karena narasumber kita memiliki pengalaman yang sangat luar biasa, karirnya tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, dengan dihadirkan narasumber tersebut mahasiswa dapat terinspirasi oleh beliau. Dan tujuanbya untuk mengundang para narasumber tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang menangkap peluang usaha dalam menghadapi MEA.
Prof. Dr. Supriyono mengatakan, orientasi rencana mahasiswa PLS ketika tidak melanjutkan program studinya mahasiswa banyak bekerja menjadi tenaga profesional di bidang akademik maupun non-akademik, bekerja secara mandiri, mempekerjakan orang lain, bekerja di sektor kreatif, serta menjadi relawan profesional. Tidak hanya itu, lulusan PLS harus memiliki jiwa entrepreneur, mampu memanfaatkan sesuatu yang ada dijadikan sebuah peluang usaha yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitar.
Seminar kali ini terasa berbeda, karena salah satu pemateri yakni Drs. H. Muh. Molik, C.Ht. Laki-laki kelahiran Madura ini merupakan alumni PLS Unesa pada tahun 1990. Bapak Molik masuk di Unesa pada tahun 1986, merupakan mahasiswa yang tidak pernah lepas dari buku menurut keterangan Bapak Heru (salah satu Dosen PLS Unesa), apabila diadakan diskusi Beliau tidak pernah absen untuk bertanya. Tidak heran rasanya Beliau menjadi lulusan terbaik pada kala itu yang dimiliki oleh PLS Unesa. Jiwa enterpreneur yang melekat pada diri Beliau sejak menjadi mahasiswa PLS semester 3. Beliau hanya berpikir, bagaimana Beliau bisa mendapatkan uang untuk membayar SPP, tidak mungkin rasanya meminta uang dari orang tua, sedangkan profesi orang tua Beliau hanya seorang petani. Akhirnya Beliau memutuskan mencari uang dan memenuhi segala hidupnya menjadi seorang seles disalah satu perusahan swasta di wilayah Surabaya. Sepulang kuliah, beliau menawarkan barang dagangannya dari rumah ke rumah. Ditolak, atau penerimaan masyarakat yang kurang sedap dipandang tersebut sudah menjadi makanan setiap hari oleh Beliau, namun itu semua tidak menyurutkan semangat untuk mencari nafkah. Dengan perjuangan dan usaha yang begitu berat akhirnya Beliau sukses menjadi seorang Enterpreneur dan menjadi seorang Dosen disalah satu PTS di Surabaya.
Jurusan PLS sering dimaknai oleh mahasiswa ‘Peluang Luas Sekali’, sangking Luasnya mahasiswa merasa kebingungan kedepan mau kemana, karena jurusan ini tidak ada spesialisasi atau penjurusan yang lebih spesifik. Oleh karena itu, dengan tidak adanya spesialisasi Jurusan diharapkan dapat mencetak lulusan yang serba bisa, salah satunya menjadi seorang enterpeneur. Menjadi seorang enterpreneur tidak hanya bermodal niat, dan keberaniaan untuk mengambil risiko saja melainkan harus mempunyai kreativitas dan inovasi yang mampu menangkap sebuah potensi-potensi yang sudah ada dan menjadikan sebuah peluang usaha yang menjanjikan dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Bapak Molik juga menjelaskan bagaimana Beliau menjalankan usahanya yang begitu besar dengan bermodal ilmu PLS yang Beliau pahami sejak menjadi seorang mahasiswa, hanya menggunakan analisis kebutuhan belajar dan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) tugas seorang PLS disini hanya mempertemukan sumber-sumber tersebut untuk melakukan usaha bersama.
Ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang enterpreneur, namun tetap saja terbayang-bayang oleh rasa ketakutan sehingga kita tidak mau melangkah, dan sebuah akibat pasti ada penyebabnya, diantaranya orang tua miskin, usia yang semakin tua, tidak mampu berkomunikasi dengan baik di depan publik, tidak punya link atau teman, tidak percaya diri, tidak punya bakat atau keterampilan, tidak ada waktu untuk melakukan, takut gagal, dan tidak punya modal untuk usaha, hal-hal inilah yang menyebabkan kita tidak mampu melangkah.
Tepuk tangan peserta seminar pun terdengar, yang menandakan pemateri telah berhasil membius seluruh peserta. Tampak raut wajah mahasiswa penuh keyakinan untuk menjadi seorang enterpreneur yang berhasil seperti Bapak Molik. Setelah materi yang disampaikan telah usai, moderator memberikan kesempatan kepada seluruh peserta seminar untuk bertanya. Peserta pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, terbukti banyak peserta yang ingin bertanya. Pada akhir acara, Bapak Molik sempat mengajak bermain peserta seminar untuk beranalogi tentang kewirausahaan, yaitu Beliau ingin menukarkan uang Rp 100.000,00 dengan uang sebesar Rp 10.000,00 yang dimiliki oleh mahasiswa, lalu ada seorang mahasiswi yang mencoba menukar uang Rp 10.000,00 yang dimilikinya kepada Bapak Molik. Lalu ada seorang mahasiswa persis duduk disebelah penulis, berkata pasti Bapak Molik hanya bercanda. Namun dugaan mahasiswa tersebut salah. Karena Bapak Molik benar-benar serius untuk menukar uangnya. Lalu Beliau menjelaskan, bahwa untuk menjadi seorang enterpreneur harus memiliki keberanian, gagal atau tidaknya usaha kita yang penting kita sudah berani untuk mencobanya dan tidak takut apapun, walaupun resiko gagal itu sangatlah mungkin terjadi.
Seminar ini ditutup dengan penyerahan cinderamata yang diberikan secara langsung oleh ketua jurusan PLS Drs. Hj. Gunarti Dwi Lestari, M.Pd., M.Si untuk kedua pemateri, dan dilanjutkan dengan do’a. Dari materi yang disampaikan pemateri, penulis dapat menyimpulkan, untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) atau pasar bebas yang berlangsung pada tanggal 16 Desember 2015 ini, mahasiswa harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang unggul dalam berkompetisi. Selain itu, menumbuhkan jiwa enterpreneur sejak perkuliahan harus dipupuk agar mereka menjadi garda terdepan untuk memajukan bangsa ini menjadi bangsa terhormat, bermartabat, dan mandiri, serta tidak menjadi bangsa yang hanya bisa mengandalkan bantuan dari negara lain. Berani mengambil risiko, mampu menangkap peluang, berani membrending diri, mampu bekerja keras, bekerja cerdas, serta bekerja ikhlas, tetap bergerak untuk menggapai peluang, berani mencoba dan tidak takut gagal, dan mampu menciptakan sebuah kepercayaan, semuanya itu harus dimiliki oleh kita semua, agar kita mampu menjadi orang yang sukses dimasa depan dan siap menghadapi MEA yang sebentar lagi tiba.

(Novisal Bahar & Suprayogi Anhar)



0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts