Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya telah mempunyai kegiatan besar yang dilaksanakan
pada awal Mei hingga menjelang bulan Juni. Serangkaian demi serangkaian telah
dilalui, akhirnya pada tanggal 25 Mei 2015 Fakultas Ilmu Pendidikan mengadakan
Seminar Edupreneurship yang bertemakan Meningkatkan Profesionalisme Lulusan
PNF melalui Edupreneurship untuk Menghadapi MEA, yang berlangsung di
Auditorium FIP UNESA Gedung O5 Lantai 3.
Di dalam seminar kali ini PLS FIP
UNESA telah menghadirkan dua pemateri yang sangat luar biasa, yang pertama
Prof. Dr. Supriyono M.Pd yaitu guru besar PLS UM sekaligus ketua IKAPENFI dan
sangat profesional dalam dunia pendidikan. Pemateri yang kedua adalah Drs. H.
Muh. Molik, C.Ht, beliau adalah owner Yayasan Nurul Hayat yang pada
tahun kemarin lembaga tersebut telah menjadi lembaga sosial terbaik nasional.
Antusiasme mahasiswa sangatlah tinggi, terbukti jumlah peserta dalam seminar
tersebut mencapai 300 peserta. Peserta tidak hanya dihadiri seluruh mahasiswa
dan dosen PLS Unesa namun juga dihadiri mahasiswa PLS UM (Universitas Negeri
Malang) yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah
(Imadiklus). Seminar kali ini juga dihadiri oleh Pembantu Dekan II FIP Unesa. Dipandu
oleh MC saudari Dinda angkatan 2011 yang kini sedang menempuh skripsi, dan dimoderatori
oleh Dr. Suhanadji, M.S, serta ada penampilan tarian tradisional Banyuwangi
yang dibawakan oleh saudari Nisa, Lisyona, dan Tutus mahasiswi PLS Unesa
angkatan 2014 yang menambah atmosfer seminar semakin meriah.
Dalam sambutan ketua jurusan PLS
Drs. Hj. Gunarti Dwi Lestari, M.Pd., M.Si telah menyampaikan, bahwa seminar
kali ini harus dimanfaatkan secara maksimal oleh mahasiswa, karena narasumber
kita memiliki pengalaman yang sangat luar biasa, karirnya tidak diragukan lagi.
Oleh karena itu, dengan dihadirkan narasumber tersebut mahasiswa dapat terinspirasi
oleh beliau. Dan tujuanbya untuk mengundang para narasumber tersebut adalah
untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang menangkap peluang usaha dalam
menghadapi MEA.
Prof. Dr. Supriyono mengatakan,
orientasi rencana mahasiswa PLS ketika tidak melanjutkan program studinya mahasiswa
banyak bekerja menjadi tenaga profesional di bidang akademik maupun
non-akademik, bekerja secara mandiri, mempekerjakan orang lain, bekerja di
sektor kreatif, serta menjadi relawan profesional. Tidak hanya itu, lulusan PLS
harus memiliki jiwa entrepreneur, mampu memanfaatkan sesuatu yang ada dijadikan
sebuah peluang usaha yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan masyarakat
sekitar.
Seminar kali ini terasa
berbeda, karena salah satu pemateri yakni Drs. H. Muh. Molik, C.Ht. Laki-laki
kelahiran Madura ini merupakan alumni PLS Unesa pada tahun 1990. Bapak Molik
masuk di Unesa pada tahun 1986, merupakan mahasiswa yang tidak pernah lepas
dari buku menurut keterangan Bapak Heru (salah satu Dosen PLS Unesa), apabila
diadakan diskusi Beliau tidak pernah absen untuk bertanya. Tidak heran rasanya
Beliau menjadi lulusan terbaik pada kala itu yang dimiliki oleh PLS Unesa. Jiwa
enterpreneur yang melekat pada diri Beliau sejak menjadi mahasiswa PLS semester
3. Beliau hanya berpikir, bagaimana Beliau bisa mendapatkan uang untuk membayar
SPP, tidak mungkin rasanya meminta uang dari orang tua, sedangkan profesi orang
tua Beliau hanya seorang petani. Akhirnya Beliau memutuskan mencari uang dan
memenuhi segala hidupnya menjadi seorang seles disalah satu perusahan swasta di
wilayah Surabaya. Sepulang kuliah, beliau menawarkan barang dagangannya dari
rumah ke rumah. Ditolak, atau penerimaan masyarakat yang kurang sedap dipandang
tersebut sudah menjadi makanan setiap hari oleh Beliau, namun itu semua tidak
menyurutkan semangat untuk mencari nafkah. Dengan perjuangan dan usaha yang
begitu berat akhirnya Beliau sukses menjadi seorang Enterpreneur dan menjadi
seorang Dosen disalah satu PTS di Surabaya.
Jurusan PLS sering dimaknai
oleh mahasiswa ‘Peluang Luas Sekali’, sangking
Luasnya mahasiswa merasa kebingungan kedepan mau kemana, karena jurusan ini
tidak ada spesialisasi atau penjurusan yang lebih spesifik. Oleh karena itu,
dengan tidak adanya spesialisasi Jurusan diharapkan dapat mencetak lulusan yang
serba bisa, salah satunya menjadi seorang enterpeneur. Menjadi seorang
enterpreneur tidak hanya bermodal niat, dan keberaniaan untuk mengambil risiko
saja melainkan harus mempunyai kreativitas dan inovasi yang mampu menangkap
sebuah potensi-potensi yang sudah ada dan menjadikan sebuah peluang usaha yang
menjanjikan dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Bapak Molik
juga menjelaskan bagaimana Beliau menjalankan usahanya yang begitu besar dengan
bermodal ilmu PLS yang Beliau pahami sejak menjadi seorang mahasiswa, hanya
menggunakan analisis kebutuhan belajar dan metode PRA (Participatory Rural
Appraisal) tugas seorang PLS disini hanya mempertemukan sumber-sumber tersebut
untuk melakukan usaha bersama.
Ketika kita memutuskan untuk
menjadi seorang enterpreneur, namun tetap saja terbayang-bayang oleh rasa
ketakutan sehingga kita tidak mau melangkah, dan sebuah akibat pasti ada penyebabnya,
diantaranya orang tua miskin, usia yang semakin tua, tidak mampu berkomunikasi
dengan baik di depan publik, tidak punya link
atau teman, tidak percaya diri, tidak punya bakat atau keterampilan, tidak ada
waktu untuk melakukan, takut gagal, dan tidak punya modal untuk usaha, hal-hal
inilah yang menyebabkan kita tidak mampu melangkah.
Tepuk tangan peserta seminar
pun terdengar, yang menandakan pemateri telah berhasil membius seluruh peserta.
Tampak raut wajah mahasiswa penuh keyakinan untuk menjadi seorang enterpreneur
yang berhasil seperti Bapak Molik. Setelah materi yang disampaikan telah usai,
moderator memberikan kesempatan kepada seluruh peserta seminar untuk bertanya.
Peserta pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, terbukti banyak peserta yang
ingin bertanya. Pada akhir acara, Bapak Molik sempat mengajak bermain peserta
seminar untuk beranalogi tentang kewirausahaan, yaitu Beliau ingin menukarkan
uang Rp 100.000,00 dengan uang sebesar Rp 10.000,00 yang dimiliki oleh
mahasiswa, lalu ada seorang mahasiswi yang mencoba menukar uang Rp 10.000,00
yang dimilikinya kepada Bapak Molik. Lalu ada seorang mahasiswa persis duduk
disebelah penulis, berkata pasti Bapak Molik hanya bercanda. Namun dugaan
mahasiswa tersebut salah. Karena Bapak Molik benar-benar serius untuk menukar
uangnya. Lalu Beliau menjelaskan, bahwa untuk menjadi seorang enterpreneur
harus memiliki keberanian, gagal atau tidaknya usaha kita yang penting kita
sudah berani untuk mencobanya dan tidak takut apapun, walaupun resiko gagal itu
sangatlah mungkin terjadi.
Seminar ini ditutup dengan
penyerahan cinderamata yang diberikan secara langsung oleh ketua jurusan PLS
Drs. Hj. Gunarti Dwi Lestari, M.Pd., M.Si untuk kedua pemateri, dan dilanjutkan
dengan do’a. Dari materi yang disampaikan pemateri, penulis dapat menyimpulkan,
untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) atau pasar bebas yang
berlangsung pada tanggal 16 Desember 2015 ini, mahasiswa harus mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang unggul dalam berkompetisi. Selain
itu, menumbuhkan jiwa enterpreneur sejak perkuliahan harus dipupuk agar mereka menjadi
garda terdepan untuk memajukan bangsa ini menjadi bangsa terhormat,
bermartabat, dan mandiri, serta tidak menjadi bangsa yang hanya bisa
mengandalkan bantuan dari negara lain. Berani mengambil risiko, mampu menangkap
peluang, berani membrending diri, mampu bekerja keras, bekerja cerdas, serta bekerja
ikhlas, tetap bergerak untuk menggapai peluang, berani mencoba dan tidak takut gagal,
dan mampu menciptakan sebuah kepercayaan, semuanya itu harus dimiliki oleh kita
semua, agar kita mampu menjadi orang yang sukses dimasa depan dan siap
menghadapi MEA yang sebentar lagi tiba.
0 komentar:
Posting Komentar