;
twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

7/24/2015 07:19:00 PM
0
Indahnya Berbagi Oleh : Iwan Setio Budi
Editor: Novisal Bahar

Saya mewakili teman-teman Yayasan Al-Ummah ingin menceritakan pengalaman kami ketika mengajar di Lumumba yang sekarang ini diurus oleh komunitas Gerlik Surabaya. Bulan ramadhan tahun ini bagi kami adalah bulan yang sangat istimewa, berbeda dengan bulan ramadhan sebelumnya, karena pada ramadhan tahun ini kami memiliki program Al-Ummah mengajar untuk anak-anak Lumumba. Iya, mengajar di kampung Lumumba sebelah stasiun Wonokromo.
Saat pertama kali kami datang di Gubuk Lumumba (tempat mereka belajar), kami cukup kaget dengan kondisi mereka, kami melihat tingkah mereka tidak seperti anak kecil biasanya. Bagaimana tidak? kami melihat pintu dipanjat oleh mereka layaknya sebatang pohon, mereka melakukan gerakan-gerakan salto yang idealnya dilakukan dengan matras  namun mereka melakukannya tanpa alat pengaman apapun, ada yang pukul-pukulan, tending-tendangan, dorong-dorongan sampai jatuh tak jarang pula mereka menangis karena perbuatannya itu. Itu masih dari tindakan saja, yang bikin kaget lagi dari kata-kata mereka, seperti yang diceritakan oleh teman-teman pengajar Al-Ummah, bahwa salah satu mereka tiba tiba mendekat dan bicara “mas, nyeleh hp.ne mas, onok film xxxx.e ta?” salah satu rekan kami cukup kaget dan tak habis pikir lagi yang bilang itu adalah anak yang masih SD, tidak hanya itu seringkali mereka melontarkan kata-kata jorok yang seharusnya tidak layak diucapkan anak seumuran mereka dan hampir semua anak yang berbicara seperti itu. Ketika kami mencoba untuk mengenal mereka lebih dalam lagi, ternyata sebagian besar mereka memiliki kesulitan dalam hal membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu dari mereka yang membuat kami terheran-heran dibuatnya, kenapa hal itu bisa terjadi? Dari sekian soal yang kami berikan yang menjadi sorotan kami adalah “Lima belas dikurangi sembilan berapa anak-anak?” mereka pun menjawab “delapan satu”. melihat hasil seperti itu kami cukup kaget, apalagi itu adalah hasil kerjaan anak yang sudah duduk di bangku 4 SD, apalagi masalah baca tulis mereka, hmmm membuat kita mau putus asa. 
Namun setelah kami berfikir sejanak, muncullah rasa optimis kembali dalam diri kami, kami percaya bahwa mereka sama seperti kita, mereka juga memiliki potensi untuk bisa, hanya kesempatanlah yang membedakannya, oleh sebab itu  kami pengajar muda Al-Ummah tergerak untuk memberikan uluran tangan kita dengan memberikan kesempatan yang sama kepada mereka, yakni memberikan pendidikan kepada mereka, karena hanya dengan pendidikanlah mereka bisa berubah menjadi lebih baik. Berlandaskan semangat yang kuat dan orientasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akhirnya kami bertekad untuk mengajar mereka selama bulan ramadhan ini. Dengan ikrar demikian maka mewajibkan kita untuk berfikir ekstra, bagaimana metode belajar yang pas buat mereka, sehingga mereka dapat mengalami perubahan dalam waktu kurang dari 1 bulan ini. Hingga akhirnya kami menemukan bahwa metode yang pas buat mereka adalah belajar sambil bermain. Iya, kami menggunakan metode ini mengingat kondisi mereka tergolong masih kecil secara refleknya senantiasa adalah bermain. Dalam melakukan pembelajaran kami pun dibantu dengan komunitas Gerlik Surabaya sehingga suasana belajar yang kondusif mampu mereka peroleh.
Setelah melalui diskusi yang panjang akhirnya muncullah beberapa ide, seperti games edukasi untuk melatih berhitung, kita membuat games hitung lantai yang mana game ini seperti main ular tangga, dan kami merasa games ini dapat mereka melakukan dengan mudahnya. Untuk melatih kelancaran membacanya kita menggunakan games balas pantun yang mana anak-anak dibagi dalam beberapa kelompok kemudian mereka disuruh membacanya, tentunya masih dalam bimbingan kami, dan untuk menarik supaya mereka mau membacanya kami membuat pantun itu di tempel pada kertas yang berbentuk love, iya bentuk love, kami sengaja membuatnya demikian karena mereka sangat tertarik pada hal-hal yang berbau itu apalagi bentuknya aneh, pasti mereka suka. Ada juga games untuk melatih menulis, setelah mereka mewarnai kaligrafi dengan kreasinya masing-masing, mereka harus mampu menulis arti dari kaligrafi yang kami berikan ke mereka dalam bahasa Indonesia. Dan kami bersama-sama membuat kerajianan tangan, tentunya dengan tujuan mengasah daya kreativitas anak-anak. Dengan berbagai upaya dan evaluasi yang senantiasa kami lakukan akhirnya berbuah hasil juga. Ditiap kepengajaran yang kami berikan memberikan perubahan yang cukup signifikan, yang diawal mereka kurang menghargai kedatangan kami akhirnya mereka mulai care dengan kami, yang awalnya mereka tidak mau belajar membaca, menulis, dan berhitung akhirnya mereka mulai mau, yang awalnya mereka sangat semrawut ketika proses belajar akhirnya mereka mulai tertib, dan mereka mulai bisa beradaptasi dengan peraturan yang kita buat. Ini semua berkat kerja keras serta niat yang ikhlas dari segenap pengajar di Lumumba.
Sungguh luar biasa pengalaman mengajar di Gubuk Lumumba ini, dari program ini kami bisa melatih komunikasi, kami bisa lebih berempati kepada sesama, kami bisa melatih kesabaran kami dalam menghadapi anak-anak, kami lebih bisa kreatif untuk menciptakan materi-materi kepengajaran agar mereka tidak mudah bosan. Besar harapan kami, dengan pembelajaran yang telah kami berikan kepada mereka bisa menjadikan mereka lebih baik, lebih sopan, lebih memiliki karakter, dan  tentunya bisa menjadikan mereka anak yang mampu mengharumkan nama bangsa kita yang tercinta ini, yakni bangsa INDONESIA. Amiin..

 
SENI: Ini adalah Karyaku, Mana Karyamu??
 
BALAS PANTUN: "Buah manggis buah kedondong, adik manis sini aku gendong". hehehe. Yuk mari, belajar melalui berpantun.
 
POHON HARAPAN: Anak-anak Lumumba menempelkan cita-citanya di pohon harapan. Hmmm, kira-kira harapan mereka apa ya??
HADIAH PARA JUARA: Inilah anak-anak yang meraih juara lomba mewarnai kaligrafi. Selamat ya Candra, Rani, Dilla!!


Inilah kesan mereka yang selama ini mengajar di Gubuk kami, biasa yang kami gunakan untuk belajar, bermain, bersenda-gurau, saling curhat dan lain sebagainya. Kami sadar bahwa yang kami lakukan untuk mereka jauh dari kata sempurna, posisi kami pun sama seperti mereka, yakni sama-sama saling belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Kami akan selalu berusaha untuk tampil yang terbaik, walaupun menurut mereka usaha kami masih dipandang sebelah mata. Tak apa, pengakuan tidak penting bagi kami. Oleh karena itu dengan melalui artikel yang dibuat oleh rekan kami, Mas Iwan, kami jadikan sebuah tamparan baik, agar kedepannya kami (Komunitas Gerlik Surabaya) lebih bersemangat dalam menabur ilmu, dan menggapai mimpi merajut asa bersama mereka adalah harapan kami semua..

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts