Pada
ulang tahun bangsa Indonesia yang ke-67 nanti, Madrasah Aliyah Negeri Surabaya
(MANESA) ditunjuk sebagai tuan rumah pada upacara bendera pada tanggal 17
Agustus 2012 oleh pemerintah Surabaya. Tampak Bu Risma berbincang-bincang dengan
pak Denny (Kepala MANESA) untuk menjalin suatu kerjasama antara mereka.
Denny : Terima kasih Bu Risma atas
kepercayaannya. saya akan menyeleksi anak-anak dengan sebaik mungkin, untuk
saya kirim pada upacara memperingati HUT RI ke-67 nanti.
Bu Risma : Sama-sama pak, itu sudah semestinya bapak
memberikan penampilan yang terbaik untuk saya ataupun bangsa ini. Dan saya
harap upacara ini yang rutin diselenggarakan setiap satu tahun sekali juga bisa
menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme pada anak-anak sekolah untuk cinta
tanah air dan bisa menghargai jasa-jasa pejuang bangsa yang telah gugur di
medan perang.
Denny : Iya bu, saya usahakan akan memberikan
penampilan yang terbaik dari yang paling baik untuk ibu dan bangsa ini.
Bu Risma : Baiklah, semoga kerjasama diantara kita
lancar sampai hari H-nya. (sambil berjabat tangan, dan menyudahi
pembicaraannya)
Setelah berbincang-bincang cukup lama
dengan Bu Risma, siangnya pak Denny kembali ke Madrasah untuk menyampaikan
berita ini kepada staf-staf guru dan pak Togar (selaku pembimbing anak-anak
PASKIB). Lalu pak Denny memanggil pak Togar yang tampak bersantai di depan
lorong kelas XII-IPA 1 sambil memainkan HPnya.
Denny :
Hei Togar !!
Togar : Iya, ada apa bapak memanggil saya,
pasti ujung-ujungnya menyuruh saya untuk memesankan nasi soto di kantin.
Denny : Bukan hanya memesankan nasi soto saja
gar, saya akan memberikan tugas yang amat penting buat kamu.
Togar : Sepenting apa itu pak ??
Denny : Saya akan menugaskan kamu untuk
menyeleksi anak didikmu (PASKIB) untuk dikirim ke balai kota. Dan yang paling
penting dari yang lain, sekolah kita akan menjadi tuan rumah pada upacara HUT
RI ke-67 nanti yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus.
Togar : Siap bos !! Tapi perlu berapa ekor,
ehmm maaf, maksudnya butuh berapa anak pak ??
Denny : Butuh empat anak saja, satu menjadi
pemimpin upacara dan tiga untuk menjadi pengibar bendera.
Togar : Oke (segera membalikkan badannya
untuk pergi)
Denny : Mau kemana kamu ??
Togar : (sontak pak Togar kaget dan segera
membalikan badannya ke arah pak Denny) Saya ada jam mengajar di X-5 pak.
Denny : Sebelum kamu ngajar, pesankan aku satu
piring nasi soto dulu sana !!
Togar : Huh. (sambil memasang wajah melasnya)
Seperti biasanya setelah jam pelajaran
sekolah telah usai, anak-anak PASKIB berkumpul untuk diberikan intruksi oleh
pak Togar terlebih dahulu sebelum latihan itu dimulai.
Togar :
Anak-anak, sini cepat kumpul !!
Soni :
Ada apa pak ??
Togar : Apakah kalian sudah tau tentang
desas-desus kalau diantara kalian harus saya pilih untuk mewakili sekolah kita
pada upacara HUT RI dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus nanti di balai kota ??
Ajis : Sudah sudah sudah.
Togar : Siapapun diantara kalian yang
terpilih, akan memiliki tanggung jawab yang besar. Selain itu, nama sekolah dan
nama bangsa kita ada ditangan kalian. Jadi, berikan penampilan yang terbaik
untuk bangsamu. Apakah kalian sanggup ??
Anak-anak : Sanggup pak !!
Togar : Bagus !! sekarang kalian bubar. Saya
akan beri waktu 5 menit untuk mempersiapkan latihan ini. Jika kalian mendengar
peluit ini (sambil meniup peluitnya), maka kalian harus berkumpul disini untuk
memulai latihan.
Radit : Oke !!
Anak-anak sungguh antusias dalam
latihannya, hampir tak ada kesalahan sedikitpun. Jika dinilai, mereka
mendapatkan nilai 9 bahkan 9,5. Besok harinya waktu istirahat pertama Radit dan
Sakri ke kantin sekolah untuk makan dan minum, tapi anehnya Radit dan Sakri
mendapat ucapan selamat dari anak-anak PASKIB yang lain. Merasa bingung atas
ucapan tersebut Radit bertanya ke sahabatnya yaitu si Sakri.
Radit : Eh kri, kenapa yah anak-anak pada
ngucapin selamat kepada kita ?? memang ada apa sih ??
Sakri : Kamu itu belagak sok gak tau apa
bener-bener gak tau ?? kalau aku, kamu, Soni, Ajis terpilih menjadi perwakilan
sekolah untuk bertugas di balai kota pada upacara bendera.
Radit : Masag, kok aku tidak tau sama sekali
sih ??
Sakri : Iyalah, karena kamu enggak ingin tau
dengan ini semua.
Radit : Huh, dasar !! Alhamdulillah,
angan-anganku yang aku impikan sejak kecil menjadi kenyataan.
Sakri : Maka dari itu, tugas kita semakin
berat dit. Nama sekolah dan bangsa ada ditangan kita.. ditangan kita bro !!
(sambil melihat tangannya dan mengangkat tinggi-tinggi)
Radit : Lebay luh, hahahaha.
(Tiba-tiba
terdengar suara pengumuman yang diumumkan melalui pengeras suara)
(Togar : Assalammualaikum Wr. Wb, Maaf
mengganggu sebentar. Panggilan ditujukan kepada Radit, Soni, Ajis dan Sakri
untuk mengikuti latihan di lapangan sekarang juga)
Radit : Ayo kri, kita ke lapangan !!
Sakri : Ayo !!
Pak Togar memforsir anak-anak untuk latihan
latihan dan terus latihan, tanpa memikirkan kondisi anak-anak. Memang pada saat
itu pada bulan puasa ditambah lagi suhu di wilayah Surabaya sangatlah panas.
Dan tak salah, jika anak-anak yang banyak yang mengeluh dan meminta untuk
istirahat.
Ajis :
Pak, istirahat sebentar dong capek nih ??
Soni :
iya nih.
Togar : Jadi anak jangan manja !! kalian
tidak malu apa dilihat adek-adek kelas. Seharunya, kalian harus memberikan
contoh yang baik buat adek-adek kalian. Bukannya seenakan saja dalam berbicara
dan bertindak !!
Radit : Bener tuh kata pak Togar. Kita harus
semangat !! latihan begini bukan seberapa berat. Gitu bilangnya mau jadi
militer yang hebat. Moro-moro jadi militer, mau daftar sampai gerbangnya
mungkin kalian disuruh pulang lagi (sambil cengengesan)
Sakri : Betul itu.
Totar : Sudah, sudah jangan berdebat. Segera
ambil posisi dan segera latihan lagi.
Sakri : Siap !!
Anak-anak terus berlatih dan pak Togar
dengan seriusnya memperhatikan anak didiknya. Bagi pak Togar mendapatkan tugas
seperti ini sangatlah susah, dibandingkan harus memanjat pohon pinang yang
diolesi sama oli. Bayangkan saja, pak Togar dituntut untuk memoles anak-anak
untuk menampilkan yang terbaik dan penampilan itu ditonton banyak orang pula
termasuk orang nomor satu di Jawa Timur yaitu pak Karwo.
Tiba-tiba dalam kurung waktu satu hari
sebelum hari H-nya dimulai, Radit dikabarkan sakit tipes dan dibawa ke rumah
sakit. Pihak sekolah merasa kebingungan atas ketidak hadirannya, karena Radit
adalah salah satu tumpuan sekolah.
Togar :
Kalian melihat Radit ??
Ajis :
Radit tidak masuk sekolah gara-gara bapak.
Togar :
Seenakan saja kau bicara Jis !!
Soni : maaf pak, memang betul yang
dikatakan oleh Ajis tadi. Si Radit sakit gara-gara diforsir latihan secara
terus – menerus oleh bapak. Akibatnya, dia sakit tipes dan harus dirujuk
dirumah sakit Dr. Soetomo di kamar Melati C-21.
Togar : Duh bisa gawat ini, sebentar aku akan
memberitahukan kabar yang tidak sedap ini kepada kepala Madrasah.
Pak
Togar segera meninggalkan anak-anak dan menuju ke ruang kepala Madrasah.
Togar : Permisi pak, saya ada kabar yang
tidak sedap yang akan saya bicarakan kepada bapak sekarang (sambil menuju tepat
duduk yang telah disediakan)
Denny : Kabar apa ??
Togar : Maaf pak sebelumnya saya memforsir
anak-anak terus berlatih dengan serius untuk bisa menghasilkan penampilan yang
maksimal. Tapi akhirnya si Radit jadi seperti ini (menundukkan kepala) dan
mungkin saya kurang memperhatikan keadaannya.
Denny : Aku tak tau apa yang kau bicarakan
tadi Togar. To the point ajalah !!
Togar : Radit sakit pak, dia sekarang dirawat
di rumah sakit Dr. Soetomo di kamar Melati C-21 kalau tidak salah.
Denny : Apa ?? Terus bagaimana kerjasama
diantara kita dengan bu Risma, masak kita batalkan. Lagian si Radit salah satu
anak yang berprestasi dan harus menjadi tumpuan sekolah dalam upacara bendera nanti.
Tidak mungkin kan gar, dalam waktu yang sesingkat ini kita mencari penggantinya
Radit.
Togar : Tidak ada pilihan lain pak kecuali
mencari penggantinya Radit.
Denny : Jangan gegabah dulu gar dalam
mengambil sebuah keputusan. Kita pastikan dulu keadaan Radit di rumah sakit.
Setelah mengetahui keadaan Radit, barulah saya yang mengambil keputusan
tersebut.
Togar : waah, bapak memang kepala madrasah
yang Top Cer deh !! Dua jempol saya
berikan untuk bapak (sambil mengangkat dua tangan jempolnya)
Denny : hahahaha.
Setelah berbincang-bincang cukup lama
dengan pak Togar. Pak Denny langsung menjenguk Radit dirumah sakit dengan mobil
mewahnya. Dan tak lupa ia membeli buah jeruk yang berada di pinggiran jalan.
Setelah mobilnya melewati hiruk-pikuk kemacetan di Surabaya, akhirnya ia sampai
di depan rumah sakit dan masuk kedalam untuk memarkirkan mobilnya. Ia melihat
mobil-mobil pribadi yang tertata rapi di setiap sudut halaman. Ia berguman,
(wah parkirannya aja udah penuh sesak apalagi didalamnya). Dan tampak seseorang
jukir melambaikan tangan kearah pak Denny untuk memberitahukan letak parikaran
yang kosong untuk mobilnya ini.
Setelah mendapatkan parkiran yang cocok,
barulah pak denny berjalan menuju lorong-lorong rumah sakit dan menuju kamar si
Radit.
Denny :
Assalamualaikum.
Radit, ibu :
Wa’alaikumsalam.
Pak denny segera masuk kedalam dan menaruk
jeruk yang dibelinya tadi di meja yang berada disamping ranjangnya Radit.
Tampak ibu Radit yang selalu antusias menemani anaknya.
Denny :
Maaf, bapak tidak bermaksud membuatmu seperti ini.
Radit :
Iya, tidak apa-apa pak. Mungkin pada waktu itu aku sedang kecapekan saja.
Denny :
Terus bagaimana keadaanmu sekarang ??
Radit :
Agak mendingan pak, dari pada hari-hari sebelumnya.
Denny : Oh ya dit. mengenai upacara besok, saya
akan mecari pengganti kamu pada upacara besok pagi. Dan saya pikir kamu butuh
istirahat yang cukup lama untuk memulihkan keadaan kamu.
Radit : Jangan pak, aku masih sanggup untuk
melaksanakannya. Karena tugas itu merupakan salah satu impian sejak kecilku dan
apapun resikonya aku harus bisa mengibarkan Bendera Merah Putih pada 17 Agustus
walaupun keadaanku masih belum sembuh seratus persen.
Ibu : Apakah kamu yakin nak ??
Radit : Yakin bu, tapi pak bagaimana saya
bisa keluar dari rumah sakit ini ?? sedangkan kami tak punya biaya tuk
membayarnya. Makan buat sehari-hari aja masih belum cukup.
Ibu : Iya pak, Radit sudah tidak punya
ayah, ayahnya sudah meninggal sejak Radit berumur dua tahun dan saya menupakan
tukang punggung keluarga. Gaji saya sebagai buruh cuci tak cukup untuk membayar
biaya rumah sakit ini.
Denny : Jika kamu sanggup, okelah tidak
apa-apa. Dan masalah biaya rumah sakit ini biar saya yang bayar.
Ibu : Tak usah repot-repot pak, kami
tak butuh biaya dari bapak yang saya butuhkan cuma support dan do’a dari bapak
untuk kami.
Denny : Jika ibu tak bisa menerima atau
bantuan dari saya, ibu boleh kok nyicil biaya rumah sakit ke saya. Asal Radit
bisa keluar secepatnya dari sini.
Radit : Tapi apakah itu tidak merepotkan
bapak ??
Denny : Tidak Dit, Bu. Saya merasa senang
sekali jika ibu mau menerima bantuan dari saya.
Ibu : Terima kasih pak (sambil meraih
tangan pak Denny dengan maksud ucapan terima kasih kepadanya, tapi tangan pak
Denny segera menariknya).
Setelah biaya administrasi rumah sakit
dilunasi, segera Radit pulang ke rumahnya. Dan sesampai rumah, Radit
diperkenankan untuk istirahat terlebih dahulu supaya esok pagi kondisinya pulih
kembali dan dapat menjalankan tugasnya sebagai pengibar bendera.
Keesokan harinya…
Sakri :
Eh, liat Radit enggak ??
Ajis :
Radit dimana ?? tumben dia tidak kelihatan batang hidungnya ??
Soni :
Mungkin dia kena macet.
Tiba-tiba ada seseorang yang baru turun
dari angkot yang telah berpakaian rapi, ditambah antribut yang dikenakannya.
Dan juga ia membawa tas kresek yang dipegang tangan kirinya, Radit, Soni, dan
Ajis mengenali pria itu. Tak salah lagi pria itu adalah Radit. Lalu Radit
segera membayar uang angkot dan berlari menuju kearah sahabat-sahabatnya.
Radit :
Ma…maaf, aku telat (nafasnya naik turun tak beraturan)
Sakri :
Makanya jangan lari-lari dong !! jadi capekkan kamu sekarang ??
Radit :
Ho.oh.
Pukul 07.00 pagi, upacara bendera dimulai.
Tampak orang-orang kariyawan berjejer rapi. Pak Denny dan pak Togar juga tampak
dibagian terdepan seolah-olah tak mau ketinggalan melihat penampilan dari kami.
Memang sih yang bertugas pada upacara ini bukan dari MAN saja melainkan dari
sekolah-sekolah lain juga ikut berpatisipasi. Tapi, tugas utama (pemimpin
upacara, dan pengibar bendera) diserahkan sepenuhnya oleh MAN, makanya MAN Surabaya
sebagai tuan rumah.
Namun dipertengahan upacara, Radit merasa
pusing tubuhnya gemeteran dan berkeringat, suhu badannya ikut naik. Radit
berusaha menutupi sakitnya dengan bersikap biasa didepan orang-orang. Tetapi
Sakri dan Soni tau dengan kondisinya Radit sekarang.
Soni :
Dit, kamu tidak apa-apakan ??
Radit :
Duh kenapa kepalaku pusing banget yah ??
Soni :
Ditahan dong dit, habis gini giliran tugas kita.
Radit :
Iya.
Soni :
Apakah kamu yakin bisa melakukannya dit ??
Radit :
insyallah.
Pada saat pengibaran bendera, meraka
bertiga mampu menyelesaikan tugasnya. Boleh dikatakan sempurna, karena mereka
mengerjakan tugasnya dengan penuh penghayatan.
Setelah upacara selesai, orang-orang
membubarkan barisannya termasuk petugas upacara yang lainnya. Namun, Radit
merasakan tubuhnya semakin berat, kepalanya pusing tak tertahankan. Tak lama
Radit pun pingsan ditempat, orang-orang terkejut melihat Radit yang terkapar di
lapangan. Orang-orang dengan penuh rasa kasihan kepadanya berniat untuk
menolongnya. Dan Radit dibawa kerumah sakit terdekat untuk diberikan
pertolongan.
Bu Risma segera menjenguk Radit dirumah
sakit. Cukup lama bu Risma menunggui Radit karena Radit masih dalam kondisi
pingsan. Setelah 1,5 jam menunggu, Radit pun tersadarkan diri.
Bu Risma :
Kamu Radit kan ??
Radit :
Iya bu, nama saya Radit.
Bu
Risma : Kenapa kamu senekat ini Radit,
menaruhkan setengah jiwa kamu untuk bisa melakukan tugas ini. Padahal kondisi
fisik kamu belum sembuh total, tapi kamu berusaha untuk melakukannya dengan
baik. Sungguh kamu adalah anak yang luar biasa. Dan kata orang-orang terdekatmu
bercerita banyak tentangmu. Aku terkejut seolah-olah tak percaya dengan ini
semua.
Radit : Sebutulnya, aku melakukan tugas ini
bukan untuk aku sendiri atau membuat namaku dikenal orang. Melainkan tugas ini
adalah tugas yang amat penting bagiku, sejak kecil aku ingin sekali mengibarkan
bendera sang Merah Putih dengan tanganku sendiri. Walaupun nyawaku sebagai
taruhannya. Aku rela bu !!
Bu
Risma : Sungguh kamu anak yang luar
biasa Radit. Jarang-jarang bahkan tidak ada sama sekali anak yang memiliki
sifat sepertimu. Jika itu ada, negeri Indonesia ini akan nyaman ditinggali.
Radit : Memang selama ini Negara kita tak
nyaman buat ibu ??
Bu
Risma : Boleh dibilang iya dit. Saya
berpesan kepada kamu, rubahlah Indonesia ini seperti kamu merubah sesuatu yang
sulit untuk dirubah, itu akan membuat kamu menjadi orang yang kuat, tegar dan
dapat dipercaya orang.
Radit : Iya bu, saya janji akan berusaha
menjalankan pesan ibu.
Setelah kejadian ini, bu Risma merasa ingin
melihat Radit merubah bangsa Indonesia dengan tangannya sendiri, oleh karena
itu bu Risma memberikan fasilitas Royalti termasuk biaya, sekolah, ansuransi
kesehatan dan lain sebagainya. Setelah lulus dari MAN, Radit akan disekolahkan
di sekolah TNI sampai ia lulus.
0 komentar:
Posting Komentar