;
twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

5/29/2016 06:09:00 AM
0


Dunia pendidikan di Indonesia belakangan ini banyak mengalami gajolak yang membuat masyarakat tercengang dalam bidang degradasi moral. Gejolak tersebut misalnya anak SMA yang baru saja menyelesaikan UN dengan cara UN Berbasis Komputer ataupun UN tertulis di beberapa sekolah melakukan konvoi hingga meresahkan warga. Tidak hanya itu  kasus smack down yang dilakukan anak SD, geng motor asal Bandung, kasus beredarnya foto-foto dan video pergaulan bebas antar remaja, foto-foto syur di situs jejaring sosial dan bahkan bisnis sex lewat jejaring sosial oleh remaja, kekerasan remaja juga sering menghiasi berita-berita di koran, banyaknya kasus aborsi pada remaja.
Kasus-kasus degradasi moral ini tidak hanya terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang, merujuk pada Global Status Report on Violence Prevention 2014 menerbitkan data laporan tentang penganiayaan anak, kekerasan remaja, pelecehan seksual, dan penelantaran manula dari 133 negara. Sekitar 250.000 kasus pembunuhan remaja terjadi sepanjang tahun 2013, yaitu 43% dari total jumlah pembunuhan global setiap tahunnya sungguh angka yang patut dikhawatirkan. Kekerasan seksual juga menduduki proporsi yang signifikan, yaitu 24% gadis remaja mengalami kekerasan dalam rumah tangga berupa kekerasan seksual pertama mereka.
Laporan Multi-Country Study on Women’s Health and Domestic Violence menyebutkan bahwa kekerasan fisik dan intimidasi juga umum di kalangan remaja. Laporan dari 40 negara berkembang menunjukkan bahwa intimidasi terjadi pada 45,2% remaja laki-laki dan 35,8% gadis atau remaja perempuan.
            Fenomena ini sangatah memprihatinkan. Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana ini bisa terjadi di Indonesia yang notabene terkenal dengan Negara dengan santun dan keramah tamahannya. Banyaknya diskusi mengenai degradasi moral yang belakangan terjadi tidak berimbas langsung pada masyarakat dan pendidik dan menjadi hanya wacana perbaikan.
Sebagai upaya preventif menghadapi permasalahan ini yang terus menerus terjadi dan semakin meresahkan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur mengadakan workshop pendidikan karakter dan pekerti bangsa kepada pendidik di Jawa Timur. Muatan materi pada workshop ini sangatlah menunjang mulai dari penyamaan presepsi antara Undang-undang nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” dengan proses pendidikan sesungguhnya di lapangan. Selain itu juga materi tentang nilai-nilai pembentuk karakter, proses dan stratergi pendidikan karakter, pendidikan sebagai satu kesatuan dalam program pendidikan. Materi yang telah dirumuskan ini diharapkan mampu memberikan perbaikan kualitas karakter praktisi pendidikan anak usia dini di Jawa Timur.
Pada workshop ini pihak dinas pendidikan provinsi Jawa Timur bersinergi dengan Unesa khususnya dosen PGPAUD. PGPAUD yang sebelumnya merupakan prodi sekarang telah menjadi jurusan sehingga kredibilitasnya telah diakui di masyarakat. Dosen yang terlibat sinergi ini meliputi Nurul Khotimah, S. Pd, M. Pd, Dewi Komalasari, M. Pd, Sri Widayati, M. Pd, Ruqqoya Fitri, M. Pd dan Kartika Rinakit Adhe, M. Pd Terlibatnya dosen PGPAUD ini ditekankan pada peserta workshop yang terdiri dari guru, kepala sekolah, ketua yayasan di pendidikan anak usia dini. Pada pelaksanaannya diikuti oleh 100 peserta dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Timur. Workshop ini bertempat di Malang dan Surabaya, dilaksanakan sebanyak empat gelombang kali dengan peserta berbeda pada setiap gelombangnya. Waktu pelaksanaannya bulan Februari – April 2016.
Pada setiap pelaksanaan workshop peserta mengikuti dengan sangat antusias. Besar harapan dari pihak dinas pendidikan provinsi dan juga pemateri dari PGPAUD agar terjadi perubahan kearah lebih baik untuk menghadapi tantangan pendidikan ke depannya. Setidaknya dari kurang lebih 400 peserta diharapkan mampu mengubah sedikit demi sedikit karakter mulai dari anak usia dini di setiap daerah. (Kartika Rinakit)



0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts